Minggu, 07 November 2010

perkebunan karet

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao, L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan, yang secara sistematika mempunyai urutan taksa sebagai berikut :
• Divisio : Spermatophyta
• Subdivisio : Angiospermae
• Kelas : Dicotyledoneae
• Ordo : Malvales
• Familia : Sterculiaceae
• Genus : Theobroma
• Spesies : Theobroma cacao, L.
Pada daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis di Amerika Selatan (purseglove, 1968), tumbuhnya selalu terlindung pohon besar lain (Sunaryo, 1978). Selanjutnya menyebarkan dengan penyebaran geografis abtara 20 LU – 20 LS, dengan batas penyebaran yang memberikan keuntungan antara 10 LS dan 10 LU (Sunaryo dan Situniorang, 1978). Daerah hutan hujan tropis merupakan daerah dengan sifat ekologi yang paling cocok untuk tanaman kakao (Purseglove, 1968).
Indonesia merupakan jajaran dudus kepulauan Nusantara yang terletak di sepanjang khatulistiwa, dengan letak geografis antara 6 LU – 11 LS dan 95 BT – 141 BT, secara geografis merupakan daerah tropis yang mempunyai potensi baik untuk pengembangan kakao. Namun demikian oleh transaksi antara tanaman itu dengan lingkungannya. Produksi potensial tanaman ditentukan oleh sifat genetiknya, sedangkan produksi aktual di lapangan ditentukan oleh lingkungan tempat tumbuhnya.
Pangudiyatno (1983) menyebutkan bahwa kondisi yang sesuai untuk suatu jenis tanaman tertentu, akan memberikan kenampakan pertumbuhan yang jagur dan sehat, dengan perkembangan akar yang baik dan kuat sehingga tanaman akan memberikan produksi yang tinggi. Oleh karena itu untuk pengembangan kakao, terlebih dahulu perlu dilakukan pemilihan dan penilaian kesesuaian lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, dan diikuti teknik budidaya yang tepat sehingga tanaman kakao dapat memberikan produksi yang tinggi sesuai dengan yang diharap.
Sebagai tanaman yang di daerah asalnya tumbuh ternaungi pohon-pohon besar dan dalam budidayanya memerlukan naungan, maka tahap awal penting dalam budidaya kakao adalah persiapan naungan. Dikatakan oleh Alvim (1977) bahwa tidak mungkin untuk mulai menanan kakao di lapangan tanpa menaungi tanaman muda 2-3 tahun pertama. Selain naungan harus disiapkan dengan baik, penanaman bibit kakao juga harus dilakukan dengan benar karena bibit kakao sangat peka terhadap gangguan akar, sehingga pada saat penanaman harus dijaga agar akar bibit tidak terganggu atau tidak mengalami kerusakan.
Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan yang apabila dipelihara dengan baik akan dapat berproduksi baik sampai umur yang panjang (lebih 30 tahun). Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan menghindari kegagalan dalam jangka panjang, maka beberapa tahap awal penting perlu diperhatikan antara lain persyaratan tumbuh, kesesuaian lahan, persiapan lahan, dan penanamannya merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.

B. Tujuan

a. Melakukan pemeliharaan terhadap tanaman kakao
b. Mengembangkan teori yang diperoleh dikelas dengan melatihnya di kebun
c. Membandingkan teori yang didapat dikelas dengan kenyataan yang dihadapi dilapangan praktikumMenarik kesimpulan dari pelaksanaan praktikum untuk bekal dimasa yang akan datang.







II. TINJAUAN PUSTAKA

PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN KAKAO
• Faktor Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Seperti telah disebutkan bahwa pada daerah asalnya, tanaman kakao merupakan tanaman kecil yang tumbuh di bagian bawah hutan hujan tropis. Habitatnya merupakan daerah yang panas dan lembab. Oleh karena itu banyak faktor iklim yang berpengaruh pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao, antara lain faktor temperatur, curah hujan, angin, kelembaban, dan cahaya.

Temperatur
Temperatur merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman kakao, sehingga temperatur berpengaruh terhadap penyebaran kakao secara geografis.
Temperatur rendah dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Pada temperatur di bawah 25,5 C pembentukan bunga terhambat dan pertumbuhan berkurang (smyth, 1966). Kerusakan tanaman terjadi adabila keadaan beku, seperti disebutkan Alvirn (1977) bahwa akibat temperatur turun sampai -3 C akan terjadi gejala daun gosong terbakar dan semua bunga gugur.
Temperatur yang tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlebihan. Pada temperatur lebih tinggi dari 28 C, dengan fluktuasi harian lebih dari 9 C, akan terjadi ledakan tunas atau flush yang berlebihan (Smith, 1966). Demikian pula disebutkan oleh Alvim (1977) bahwa jarak antara dua flush berkurang jika temperatur meningkat. Pada temperatur 74 F (23,7 C) flush terjadi setiap 95 hari; sedangkan pada temperatur 80-86 F (26,5 – 30 C) flush terjadi setiap 36 sampai 20 hari.


Batas bawah temperatur membatasi penyebaran kakao antara 20 LU – 20 LS, batasan tersebut juga membatasi penyebaran kakao menurut tinggi tempat. Sunaryo (1976) menyebutkan bahwa walaupun di Costa Rica dan Venezuela tanaman kakao Criollo dapat tumbuh pada ketinggian 1000 m, namun kebanyakan tanaman kakao dijumpai pada ketinggian tempat kurang dari 600 m dpl.

Curah Hujan
Curah hujan dan distribusinya merupakan faktor penting dalam budidaya kakao. Tanaman kakao memerlukan curah hujan tahunan yang lebih besar dari evapotranspirasinya atau memerlukan curah hujan yang cukup dan terdistribusi merata (Alvim, 1977). Lebih lanjut disebutkan bahwa curah hujan yang diperlukan tanaman kakao bervariasi antara 1500 – 2500 mm/th.
Pada daerah dengan curah hujan kurang dari 1200 mm/th tanaman kakao hanya akan berhasil apabila ada irigasi, karena evapotranspirasi lebih besar daripada curah lainnya (Wood, 1975). Sedangkan pada daerah dengan curah hujan lebih besar 2500 – 3000 mm/th hasilnya dapat menurun karena serangan hama dan penyakit (Alvim 1977), pencucian dan pelindihan hara yang berlebih (Wood, 1975), dan erosi yang besar (Beers, 1950)

Kelembaban Udara
Tanaman kakao mempunyai lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, Dierendonck (1959) mengatakan bahwa kelembaban yang tinggi dan konstan di atas 80% merupakan mikrolimat hutan tropis dan dapat menjamin keseimbangan metabolisme tanaman, karena kelembaban yang tinggi akan mengimbangi evapotranspirasi. Pada tanah yang mempunyai kandungan air cukup, tanaman dapat memelihara keseimbangan air pada kondisi kelembaban air, Smyth 1966) menyebutkan bahwa jika tanah mampu menyediakan air penurunan kelembaban sampai 40 – 50% pada tengah hari tidak merugikan tanaman.
Keadaan dengan kelembaban yang tinggi dapat mengurangi evantranspirasi dan mengkompensasi curah hujan yang rendah (Murray, 1955). Namun perlu diingat bahwa keadaan dengan kelembaban tinggi yang terus menerus juga memungkinkan terjadinya serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur.

Angin
Angin merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao. Murray (1955) menyebutkan bahwa angin yang bertiup keras dapat merusak tanaman kakao melalui 2 jalan yaitu :
 Secara langsung dapat merobek dan merusak daun, terutama daun muda yang baru dikembang dari flush.
 Secara langsung meningkatkan kehilangan iar dari tanaman melalui transpirasi, yang akhirnya menyebabkan defoliasi atau gugur daun.
Lama dan intensitas angin dapat menjadi pembatas dalam budidaya kakao, pada daerah yang sering dilalui angin yang bertiup keras, tanaman kakao tidak dapat tumbuh baik tanpa adanya tanaman pematah angin atau “ mind breaker” (Alvim, 1977)

Cahaya
Cahaya merupakan faktor penting yang berhubungan dengan pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Sebagai tanaman yang pada daerah asalnya tumbuh terlindung pohon besar, dalam budidayanya tanaman kakao memerlukan naungan. Alvim (1977) menyebutkan bahwa tidak mungkin untuk mulai menanam kakao di lapangan tanpa menaungi tanaman muda 2-3 tahun pertama. Kenyataan ini menjadi petunjuk bahwa tanaman kakao suka naungan terutama pada awal perkembangannya.
Pada kondisi persyaratan lain pada keadaan terpenuhi dilaporkan bahwa pembongkaran naungan dan penggunaan pupuk dapat meningkatkan produksi kakao. Namun dikatakan oleh Alvim (1977), bahwa meningkatnya produksi kakao karena pembongkaran naungan biasanya tidak langgeng, karena segera diikuti dengan menurunya keadaan kesehatan tanaman dengan gejala defoliasi dan dieback setelah 3-4 tahun kemudian.
Masalah cahaya tampaknya tidak terlepas dengan masalah naungan, sehingga dapat dikatakan bahwa naungan tetap diperlukan dalam budidaya kakao, karena tanaman penaung juga berfungsi sebagai penyangga lingkungan, yaitu berfungsi untuk mengatur cahaya, menjaga temperatur dan kelembaban, serta mengurangi evaporasi dari tanah. Macam dan jenis tanaman penaung yang digunakan dapat disesuai dengan situasi, kondisi dan kegunaanya.


• Faktor Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, asalkan tanah tersebut mempunyai sifat fisika dan kimia tanah yang baik. Oleh karena itu, faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisika dan sifat kimia tanahnya.

Sifat Fisika Tanah
Tanah yang ideal untuk tanaman kakao adalah yang mempunyai daya menahan air dengan baik, serta mempunyai drainase dan aerasi tanah yang baik, sehingga tidak membatasi pertumbuhan tanaman.
Tanaman kakao menghendaki tanah dengan solum tanah yang dalam, yang memberikan ruang perakaran yang cukup, dan ditetapkan kedalaman solum tanah tidak kurang dari 1,50 m (Smyth, 1966). Walaupun hampir 80% akar tanaman kakao terletak pada kedalaman 20-30 cm, lapisan tanah yang dapat ditembus akar tunggang harus cukup dalam. Karena apabila terjadi akar tunggang kerdil atau akar tunggang bengkok, tanaman tidak berumur panjang dan produksinya cepat menurun (Darmawijaya, 1973)
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah geluh lempungan (Clay loam), karena ada tekstur tanah yang demikian pasir, debu, dan lempung akan membentuk agregat yang mantap, yang mempunyai daya menahan air yang tinggi, tetapi juga dapat dilalui peredaran udara dengan baik (Darmawijaya, 1973). Pada tanah yang tekstumnya sangat berat pertumbuhan akar terhambat karena aerasi tanah jelek. Sedangkan tanah pasir memberi peluang yang baik untuk penestrasi akar ke dalam tanah, tetapi mempunyai daya menahan air yang jelek, dan hanya dapat disarankan untuk tanaman kakao apabila curah hujannya tinggi dan terdistribusi merata (Alvim, 1977).

Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao juga memerlukan tahan dengan sifat kimia tanah yang baik, yaitu yang mengandung bahan organik tinggi, Phnya sekitar netral dan kaya akan unsur hara (Beers, 1950).
Bahan organik sangat diperlukan untuk tanaman kakao (Saleh, 1979), antara lain karena dapat berperan untuk menahan air, memperbaiki struktur tanah, dan sebagai sumber unsur hara. Untuk tanaman kakao kandungan bahan organik pada lapisan tanah 0-15 cm tidak boleh kurang dari 3% (Smyth, 1966).
Disebutkan bahwa ada hubungan positif antara kandungan bahan organik tanah dan produksii kakao meningkat secara linier apabila kandungan bahan organik meningkat dari 3-6%.
Kemasaman (pH) tanah merupakan faktor paling penting dan merupakan indikator ketersediaan unsur hara dalam tanah (Smyth 1966). Pada pH > 8 (alkalis) menyebabkan khlorosis karena Fe, Mn, Zn, Cu tidak dapat diserap oleh akar tanaman kakao, sebaliknya pada pH < 4 (masam) terjadi keracunan karena Fe, Mn, Zn, Cu tersedia dalam jumlah yang berlebihan (Saleh, 1979). Tanaman kakao dapat tumbuh pada pH 4 – 8, tetapi yang baik adalah sekitar pH 6,0 – 7,0.
Disamping bahan organik dan pH, Smyth (1966) memberi batasan sifat kimia untuk tanaman kakao sebagai berikut :
 Kapasitas basa tertukar di permukaan tanah tidak kurang dari 12 me/100 gr tanah dan di lapis bawah tidak kurang dari 5 me/100 gr tanah.
 Kandungan bahan organik pada lapisan 0-15 cm tidak kurang dari 3,0%
 Kejenuhan basa pada horison di bawah permukaan, tidak boleh kurang dari 3,5%
 Kandungan hara yang dapat dipertukarkan pada lapisan 0 – 15 cm cukup, yaitu :
- Ca tidak kurang dari 8,0 me/100 gr tanah
- Mg tidak kurang dari 2,0 me/100 gr tanah
- K tidak kurang dari 0,24 me/100 gr tanah

















III. PEMBAHASAN


A. PEMUPUKAN
Pemupukan tanaman kakao merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dalam meningkatkan produksi buah kakao. Hal ini disebabkan sebagian besar lahan pertanaman kakao memiliki base kesuburan lahan yang sangat beragam dan umumnya tergolong lahan yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat rendah sampai sedang. Selain itu penanaman tanaman kakao yang dilakukan oleh masyarakat seringkali mengabaikan pertimbangan konservasi lahan akibatnya proses kehilangan kesuburan tanah semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah pentingnya memperbaiki base kesuburan lahan melalui penambahan unsur hara lewat pemupukan. Masalahnya adalah rujukan pemupukan yang tersedia selama ini masih sangat umum, padahal kondisi di lapangan sangat bervariasi utamanya ditinjau dari aspek kesuburan lahan.
Pemupukan sebelum bibit ditanam dapat dilakukan guna untuk merangsang pertumbuhan bibit cokelat. Lubang-lubang tersebut perlu diberi pupuk dengan pupuk Agrophos sebanyak 300 gram/lubang atau pupuk urea sebanyak 200 gram/lubang, pupuk TSP sebanyak 100 gram/lubang. Pupuk-pupuk tersebut diberikan 2 (dua) minggu sebelum penanaman bibit cokelat, kemudian lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah atas yang dicampur dengan pupuk kandang/kompos.
Sebelumnya untuk mempermudah pemupukan maka dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali. Sebagai contoh dibawah ini terdapat table dosis untuk pemupukan tanaman kakao.

Tabel Pemupukan Tanaman Coklat

UMUR
(bulan)
Dosis pupuk Makro (per ha)


Urea
(kg)

TSP
(kg)

MOP/ KCl (kg)

Kieserite (MgSO4)
(kg)


2
15
15
8
8

6
15
15
8
8

10
25
25
12
12

14
30
30
15
15

18
30
30
45
15

22
30
30
45
15

28
160
250
250
60

32
160
200
250
60

36
140
250
250
80

42
140
200
250
80

Dst
Dilakukan analisa tanah





B. PEMBUATAN PIRINGAN
Daerah di sekitar batang tanaman yang berbentuk lingkaran disebut piringan (bokoran). Piringan sangat penting bagi tanaman perkebunan seperti kakao, kelapa sawit dan lain-lain terutama dalam fase TBM. Piringan yang bersih memiliki banyak manfaat di antaranya:
-Tempat penaburan pupuk sehingga pupuk optimal diserap tanaman bukan diserap gulma.
-Mempermudah kegiatan perawatan tanaman lainnya.
-Mengatur kelembaban sehingga menekan penyakit dan jamur.
- Piringan yang bersih dapat menekan serangan hama seperti tikus dan babi hutan.

Piringan yang baik diameternya disesuaikan dengan umur tanaman, pada umur satu tahun diameter idealnya adalah 1 meter, umur dua tahun 1,25 meter dan TBM 3 sekitar 1,5 meter. Pemeliharaan piringan dapat dilakukan secara manual dengan menggaruk/mengored gulma disekitar batang dengan menggunakan garuk atau parang babat membentuk lingkaran dengan diameter seperti di atas. Pemeliharaan pada TBM 1 dapat dilakukan setiap bulan (12 kali/tahun), TBM 2 sekitar 8 kali/tahun dan TBM 3 sekitar 8 kali/tahun. Untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan, cara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif glyphosate dengan dosis 300 cc/ha/rotasi.

Dengan pemeliharaan yang optimal, tanaman TBM akan tumbuh optimal dan seragam sehingga produktivitas kebun akan lebih memuaskan.










IV. KESIMPULAN

Dari hasil praktik di lapangan dan pembahasan maka dapat disimpulkan ;

a. Pemeliharaan tanaman kakao termasuk didalamnya yaitu pemupukan dan pembuatan piringan
b. Dari hasil praktik dan pembahasan bahwa pemupukan harus sesuai dosis, berimbang, tepat waktu dan tepat cara serta dalam pembuatan piringan pun harus memperhatikan jarak yang dibuat.






















DAFTAR PUSTAKA


Barus Emanuel,2003.” Pengendalian Gulma di Perkebunan”. Kanisius. Yogykarta .

Najiyati Sri, dkk.2007. “Kopi-Budidaya dan Penanganan Pascapanen”.Penebar Swadaya. Bogor.

Lingga Pinus.2008 ,”Petunjuk Penggunaan Pupuk”. Penebar Swadaya. Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar