Selasa, 19 April 2011

FUNGISIDA

FUNGISIDA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115




JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011




I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Pangan berkaitan dengan cara-cara produksi organik atau non organik hanya apabila pangan tersebut berasal dari sebuah sistem pertanian organik yang menerapkan praktek-praktek manajemen yang bertujuan untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian gulma, hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman serta penggunaan bahan-bahan hayati. Kesuburan tanah dijaga dan ditingkatkan melalui suatu sistem yang mengoptimalkan aktivitas biologis tanah dan keadaan fisik dan mineral tanah yang bertujuan untuk menyediakan suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan tumbuhan dan ternak serta untuk menjaga sumberdaya tanah. Produksi harus berkesinambungan dengan menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai bagian penting dari strategi penyuburan tanah. Manajemen hama dan penyakit dilakukan dengan merangsang adanya hubungan seimbang antara inang/predator,

IDENTIFIKASI GEJALA PENYAKIT TANAMAN

IDENTIFIKASI GEJALA PENYAKIT TANAMAN
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011








I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Fitopatologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan akibat serangan patogen ataupun gangguan ketersediaan hara. Berasal dari gabungan kata bahasa Yunani: phyton berarti tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berati ilmu atau pengetahuan. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu tanaman sakit juga tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi yang normal dan lain-lain

GEJALA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG DAN TOMAT

GEJALA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG DAN TOMAT
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)






Oleh
Siti Nuraini
0814023115












JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011










I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Petani jagung harus belajar mengenali gejala pada gambar-gambar dalam brosur
ini – gejala kahat satu atau lebih hara esensial yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman yang sehat untuk memperoleh hasil yang
menguntungkan. Engkau dapat menjadi dokter untuk tanaman jagungmu sendirl.
Melihat kebun secara teratur dan mengidentifikasi gejala dari suatu masalah
merupakan aspek penting dari budidaya tanaman.
Keuntungan optimum dari investasi untuk produksi tergantung dari suplai hara
yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Gejala kahat hara yang timbul
disebabkan karena kebutuhannya tidak terpenuhi. Hendaknya kebun dicek
beberapa kali selama satu musim. Kahat hara yang dapat dideteksi dini dapat
diatasi dengan pemupukan dalam alur di sisi tanaman. Andaikata tidak dapat
diatasi dalam tahun ini, asal diketahui di mana masalah tersebut timbul, maka
sudah merupakan informasi yang sangat berarti untuk perencanaan pemupukan
pada musim berikutnya.
Daun tanaman yang sehat harus berwarna hijau tua. Hal ini menunjukkan bahwa daun tersebut berkadar klorofil tinggi yang sangat dibutuhkan untuk menangkap sinar matahari untuk menghasilkan gula yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suatu cekaman atau kahat hara akan mengubah warna daun dan menurunkan produksi gula.
Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya petani. Dalam praktikum ini kita akan membahas lebih lanjut penyebab penyakit yang terjadi pada tanaman jagung dan tomat.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah
1. Mengetahui klasifikasi ilmiah tanaman jagung dan tomat
2. Mengetahui cara penyebab penyakit pada tamanan jangung dan tomat











II. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Alat :
1. Kertas gambar
2. Pensil/pena gambar
Bahan :
• Tanaman Jagung
• Tanaman Tomat

B. Cara Kerja

Untuk cara kerja praktikum kali ini cukup sederhana
• Siapkan tanaman jagung dan tomat yang terserang penyakit
• Siapkan kertas gambar dan alat tulisnya
• Setelah keduanya siap maka amati satu persatu bahan praktikum tersebut
• Amati dan tulis nama tumbuhan, ejala penyakit, patogen yang menyebabkannya serta tanda-tanda penyakit pada tumbuhan tersebut.



III. PEMBAHSAN

A. Hasil Pengamatan
Tanaman Jagung

Tanaman Tomat

B. Pembahasan
Jagung

Jagung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Monocots

(tidak termasuk) Commelinids

Ordo: Poales

Famili: Poaceae

Genus: Zea

Spesies: Z. mays
Nama binomial Zea mays ssp. mays
L.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.1

Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. 1Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.

1. Wikipedia.org
Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.

Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.
Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Penyakit bulai disebabkan oleh jamur Sclerospora maydis. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, terutama pada tanaman muda yang berumur di bawah 40 hari. Daun yang terserang berubah warna menjadi kuning keputih-putihan dan di bagian bawahnya muncul konidia berwarna putih, berbentuk seperti tepung. Serangan jamur ini akan meningkat pada suhu udara tinggi. Penyakit bulai menyerang jagung mengingat penyakit ini penyebarannya relatif cepat sehingga diperlukan tingkat kewaspadaan sedini mungkin sebelum merajalela pada kawasan tanaman jagung di suatu daerah.
Penyakit bulai disebabkan oleh sejenis cendawan, jika cendawan ini sudah mulai menyerang areal tanaman jagung di suatu daerah selain akibatnya kerugian ekonomi, juga bahayanya menular ke areal jagung lain dalam suatu kawasan tanaman jagung.
Termasuk jenis penyakit yang cara mengatasinya terpaksa harus melibatkan petani lain yakni diperlukan suatu perencanaan tanam serentak dalam suatu kawasan untuk komoditi ini. Biasanya waktu tanam yang terlambat dari areal tanaman jagung di kawasan tersebut dipastikan terkena serangan penyakit ini.
Kerugian akibat serangan ini biasanya dalam bentuk kerugian ekonomi yang harus diderita oleh petani. Biasanya jagung yang terserang sulit sampai mencapai fase berproduksi, bahkan resikonya tanaman mati sebelum fase produksi.
Daunnya yang menguning menyebabkan permukaan daun tidak mampu lagi melakukan fungsi fotosintesa yang merupakan kegiatan penting bagi keberlangsungan untuk melanjutkan menuju fase pertumbuhan berikutnya.
Antisipasi diperlukan dengan melakukan penanaman jagung secepat mungkin, jangan sampai ketinggalan dari penanaman tanaman jagung di sekitarnya atau dapat secara serempak menanam dalam suatu areal atau kawasan luas. Dipilih varietas yang tahan penyakit penyakit bulai




Penyakit Bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P.
spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta keadaan udara lembab.
Gejala penyakit bulai di tanaman jagung diantaranya:
1. Ada bercak berwarna klorotik memanjang searah tulang daun dengan batas yan jelas
2. Adanya tepung berwarna putih pada bercak tersebut (terlihat lebih jelas saat pagi hari)
3. Daun yang terkena bercak menjadi sempit dan kaku
4. Tanaman menjadi terhambat petumbuhannya bahkan bisa tak bertongkol
5. Tanaman muda yang terserang biasanya akan mati (umur tanaman dibawah 1 bulan)
6. Kadang-kadang terbentuk anakan yang banyak, daun menggulung dan terpuntir
Penyakit bulai pada tanaman jagung bisa disebabkan oleh beberapa jamur diantaranya Peronosclerospora maydis, P.philippinensis, P.sorghi, P. sacchari, P.spontanea, P.miscanthi, P. heteropogoni, P.Sclerophthora macrospora, S.raissiae var zeae dan Sclerospora graminicola.
Pengendalian yang perlu dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini antara lain:
1. Tidak menanam jagung didaerah dingin dan lembab
2. Gunakan varietas tahan
3. Penggunaan fungisida berbahan aktif metalaksil
4. Tanam serempak
5. Pergiliran tanaman beda famili
6. Mencabut dan membakar tanaman jagung yang terserang bulai

Tanaman Tomat


Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Eudicots

Ordo: Solanales

Famili: Solanaceae

Genus: Solanum

Spesies: S. lycopersicum

Nama binomial Solanum lycopersicum
L. Sinonim
Lycopersicon lycopersicum
Lycopersicon esculentum 1.

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang. Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith "The Tomato in America", tomat kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai barat Amerika Selatan. Setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol juga kemudian membawa tomat ke Filipina, yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua Asia. Spanyol juga membawa tomat ke Eropa. Tanaman ini tumbuh dengan mudah di wilayah beriklim Mediterania.1
Gejala pertama dari penyakit layu fusarium yang menguning daun yang lebih rendah, sering hanya pada satu sisi tanaman. daun menguning secara berangsur-angsur layu dan mati. Dalam beberapa kasus, keseluruhan pabrik dapat menurun dan mati. Sebuah warna coklat dari sistem (air-melakukan) vaskular dapat dilihat oleh memotong batang terbuka dengan pisau.
Layu Fusarium disebabkan oleh jamur, Fusarium oxys- porum f. f. porum sp. lycopersici yang memasuki tanaman melalui akar dan tumbuh melalui jaringan pembuluh darah.
Menghancurkan sel-sel dari jaringan pembuluh darah, yang menyebabkan kelaparan di
dekat cabang tanaman. layu Fusarium lebih serius jika akar-simpul nematoda hadir, karena akar mereka makan menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap jamur.
Jamur layu fusarium dapat diperkenalkan ke tanah di beberapa cara, seperti angin, air, hewan atau peralatan. Jamur ini menjadi mapan di tanah yang paling mudah dan dapat tetap berada di tanah selama bertahun-tahun

Penyakit tomat-daun
• Awal Blight
dapat mempengaruhi dedaunan, batang dan buah tomat. Gejala: bercak Dark dengan cincin konsentris berkembang pada daun lebih tua terlebih dahulu. Daerah daun sekitarnya mungkin menjadi kuning. Daun yang terkena bisa mati prematur, memperlihatkan buah untuk kudis matahari.
• Gray Daun Daun Spot Spot hanya mempengaruhi daun tomat, dimulai dengan daun tertua. Gejala: Kecil, bintik-bintik hitam yang dapat dilihat pada kedua permukaan atas dan bawah daun. Bintik-bintik membesar dan berubah cokelat keabu-abuan. Akhirnya pusat tempat retak dan rontok. Sekitarnya daun akan menguning dan daun akan kering dan drop, buah produksi dihambat.

• Late Blight Akhir mempengaruhi baik hawar daun dan buah tomat. Akhir Blight adalah penyakit bertanggung jawab atas Kelaparan Kentang Irlandia. Akhir Blight menyebar dengan cepat. Dingin, cuaca basah mendorong pengembangan jamur. Jika Anda mencurigai Anda memiliki Late Blight, Gejala: Berminyak mencari, tidak teratur berbentuk bintik-bintik abu-abu muncul pada daun. Sebuah cincin jamur putih bisa berkembang sekitar tempat, terutama dalam cuaca hujan. Bintik-bintik akhirnya berubah kering dan tipis. Daerah menghitam mungkin muncul di batang. Buah juga mengembangkan besar, berbentuk tidak teratur, bercak abu-abu berminyak.

Agen penyabab penyakit tanaman dapat berupa agen biologi dan agen abiotik.
1. Agen Biologi
Agen biologi adalah organisme patogen, terutama dari golongan bakteri, jamur, virus, benalu, dan cacing nematoda. Organisme patogen menimbulkan penyakit dengan cara sebagai berikut.
a. Menyerap zat makanan atau isi sel secara terus menerus sehingga tumbuhan inang menjadi lemah. Contohnya bakteri, benalu, nemadota dan virus.
1.Wikipedia.org

b. Membunuh atau merusak aktivitas metabolisme sel inang dengan cara mengeluarkan zat, seperti enzim atau zat racun (toksin) ke dalam sel inang. Contohnya jamur penyebab gosong pada biji jagung.
c. Mengganggu transportasi zat makanan, mineral, dan air pada pembuluh angkut inangnya. Contohnya jamur penyebab layu daun pada tomat (Fusarium axysporum).
d.Menghalangi proses fotosintesis.

2. Agen Abiotik
Agen abiotik meliputi bermacam-macam faktor, seperti iklim, tanah, zat racun yang terserap, dan api
















IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kalsifikasi tanaman jagung dan tomat sebagai berikut
Jagung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Monocots

(tidak termasuk) Commelinids

Ordo: Poales

Famili: Poaceae

Genus: Zea

Spesies: Z. mays
Nama binomial Zea mays ssp. mays
L.



Tomat
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Eudicots

Ordo: Solanales

Famili: Solanaceae

Genus: Solanum

Spesies: S. lycopersicum

Nama binomial Solanum lycopersicum
L. Sinonim
Lycopersicon lycopersicum
Lycopersicon esculentum 1.

2. Penyebab penyakit bulai pada jagung adalah jamur Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. Pada tomat adalah jamur, Fusarium oxys- porum f. f. porum sp. Lycopersici.









DAFTAR PUSTAKA


Djafaruddin.2008.Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman.Bumi Aksara:Jakarta.
http://blogiologi.blogspot.com/2011/03/agen-penyebab-penyakit-tanaman.html, diakses pada 3 April 2011
http://www.sinartani.com/proteksi/awas-si-bulai-mengancam-jagung-anda-1243222815.htm, diakses pada 3 April 2011
http://www.puslittan.bogor.net/, diakses pada 3 April 2011
http://www.gerbangpertanian.com/2010/06/mengendalikan-penyakit-bulai-pada.html, diakses pada 3 April 2011
Pracaya.2007.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya:Jakarta

















LAMPIRAN

GEJALA PENYAKIT TANAMAN

GEJALA PENYAKIT TANAMAN
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011






I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan mahluk di dunia ini selalu tergantung dari dunia tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung. Tumbuhan dapat memanfaatkan sumber energi matahari dan mengolahnya bersama, zat-zat lainnya menjadi zat makanan yang sangat berguna untuk mahluk hidup. Selain tumbuhan dapat menghasilkan bahan pangan bagi rnanusia dan mahluk lainnya, juga melengkapi keperluan hidup kita dengan bahan sandang dan papan serta bahan untuk keperluan hidup lainnya.
Secara tidak langsung tumbuhan berguna untuk mengatur tata air dalam tanah dan mempertahankan kesuburan tanah terhadap bahaya erosi. Selain itu sebagai akibat proses asimilasi maka tumbuhan dapat mengisi kekurangan atmosfir akan zat oksigen.
Dengan demikian dapat dipahami akan ketergantungan kehidupan kita akan tumbuhan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan sudah makin terbatasnya areal yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yang berguna, maka dunia kita menghadapi berbagai kesulitan untuk memenuhi keperluan hidup dan memberi kesejahteraan penduduk dunia.


B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud patogen, gejala pada tumbuhan
2. Untuk mengetahui janis jamur apa saja yang menyerang tanaman yang digunakan pada praktikum.

















II. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Alat :
1. Kertas gambar
2. Pensil/pena gambar
Bahan :
• Buah Kakao
• Daun Pisang
• Daun kopi
• Daun kelengkeng







B. Cara Kerja

Untuk cara kerja praktikum kali ini cukup sederhana
• Siapkan buah kakao, daun pisang, daun kelengkeng dan daun kopi yang akan diamati
• Siapkan kertas gambar dan alat tulisnya
• Setelah keduanya siap maka amati satu persatu bahan praktikum tersebut
• Amati dan tulis nama tumbuhan, ejala penyakit, patogen yang menyebabkannya serta tanda-tanda penyakit pada tumbuhan tersebut.













III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil Pengamatan
Buah Kakao terinfeksi dari luar jaringan Buah Kakao terinfeksi dari dalam jaringan

Daun kelengkeng mengalami Nekrosis Mengalami Nekrosis pada sedikir bagian daunnya
Karat Daun Kopi tampak bagian depan Karat Daun Kopi tampak Belakang

Blac Sigatoka
Freckle ( Freckless)

Freckle
Yellow sigatoka







B. Pembahasan
Pada tahun seribuan di Eropa timbul penyakit pada manusia yang banyak menyebabkan kematian. Penyakit itu disebut Ergotisme. Penyakit ini ternyata disebabkan karena penderita memakan roti yang terbuat dari tepung rogge atau rye (Secale coreale), yang terserang oleh jamur Clavicopes purpurea. Jamur ini menghasilkan racun pada tepung yang tidak rusak meskipun sudah dimasak menjadi roti, hingga masih tetap menyebabkan kematian bagi manusia yang memakannya.

Pada tahun 1845 timbul penyakit pada kentang yang disebut bercak daun (late blight) yang disebabkan oleh jamur Phytophtora infestans di Eropa dan Amerika. Penyakit ini di Irlandia selama tahun 1845-1860 menyebabkan bahaya kelaparan dan kematian sebanyak satu juta penduduk yang meliputi 1/8 dari seluruh jumlah penduduk negara tersebut sedang yang 1,5 juta terpaksa mengadakan emigrasi ke negara lain.

Pada tahun 1880 timbul penyakit pada kopi yang disebut penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Homileia vastatrix. Jamur ini memusnahkan kopi jenis Arabica yang juga dikenal sebagai kopi Jawa. Untuk mengatasi penyakit ini perkebunan kopi di Philipina diganti menjadi kebun kelapa sedang di Srilangka diganti menjadi perkebunan teh. Di Indonesia perkebunan kopi tetap dipertahankan, sebagai ganti jenis Arabica mula-mula ditanam kopi Liberica, tetapi jenis ini hancur juga lalu diganti dengan jenis Robusta.
Jenis yang terakhir ini meskipun mutu bijinya lebih rendah tapi produksinya lebih tinggi sehingga nilai ekonominya hampir sama saja. Sekarang ini jenis kopi Arabica hanya terdapat di daerah yang tinggi saja seperti di Ijen dan Toraja. Sekarang dicoba menanam hibrida antara kopi Arabica dengan Robusta untuk menaikkan mutu biji dan mempertahankan produksi, yang disebut kopi jenis Arabusta, tetapi usaha ini banyak mengalami kesukaran.

Pada permulaan abad 19 timbul penyakit pada tebu yang disebut penyakit sereh oleh virus Nanus sachori. Sebelum dapat diketahui dengan pasti patogen ini sempat menjadi teka-teki antara penyakit fisiologis dan penyakit parasiter. Penyakit ini pertama-tama diatasi dengan menanam bibit yang berasal dari pegunungan yang dikenal dengan tebu import. Tetapi cara ini banyak mengalami kesukaran hingga perkebunan tebu hampir saja gulung tikar. Untuk mengatasi bahaya yang gawat ini pemerintah mendirikan tiga kali balai penelitian tebu, yang akhirnya balai penelitian yang ada di Pasuruan menemukan jenis tanah yang terkenal dengan nama POJ (Proefstation Ost Java). POJ ini merupakan hasil persilangan antara tebu (Sacharum offisinarum) dengan glagah (Sacharum spontaneum). Hibrida inilah yang menyelamatkan perkebunan tebu itu.

Pada tahun 1850-an timbul penyakit pada padi yang disebut penyakit mentek yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini menyerang ribuan hektar sawah dan menimbulkan kerugian ribuan ton, tetapi akhirnya ditemukan jenis yang tahan. Penyakit tersebut sekarang diduga sama dengan penyakit tungro yang disebabkan oleh virus.

Pada abad terakhir ini timbul penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang disebabkan oleh makhluk semacam bakteri. Penyakit ini sangat merugikan karena selain memperkecil ukuran buah jeruk juga mengurangi jumlahnya, bahkan akhirnya dapat mematikan tanaman jeruk. Penyakit ini belum dapat diatasi dengan cara apapun. Salah satu usaha untuk memperpanjang umur ekonomi adalah dengan cara infus menggunakan antibiotika Oxy tetracicline, sebab cara eradikasi tidak dapat dilaksanakan di Indonesia ini.

Beberapa tahun terakhir ini timbul penyakit cacar daun cengkeh (CDC) yang disebabkan oleh jamur Phylosticta sp. Di Lampung meskipun baru beberapa tahun boleh dikata hampir memusnahkan perkebunan cengkeh di sana. Dalam tahun 1982/1983 saja di propinsi tersebut menghabiskan biaya pengendalian sebesar 9 milyar rupiah. Penyakit ini sudah terdapat di propinsi-propinsi yang lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan lain-lain.

Ilmu Penyakit Tumbuhan adalh ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah panen.
Patogen (Bahasa Yunani: παθογένεια, "penyebab penderitaan") adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua kerajaan biologi.
Umumnya, hanya organisme yang sangat patogen yang dapat menyebabkan penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan penyakit. Patogen oportunis adalah patogen yang jarang menyebabkan penyakit pada orang-orang yang memiliki imunokompetensi (immunocompetent) namun dapat menyebabkan penyakit/infeksi yang serius pada orang yang tidak memiliki imunokompetensi (immunocompromised). Patogen oportunis ini umumnya adalah anggota dari flora normal pada tubuh. Istilah oportunis sendiri merujuk kepada kemampuan dari suatu organisme untuk mengambil kesempatan yang diberikan oleh penurunan sistem pertahanan inang untuk menimbulkan penyakit.
Pada umumnya semua patogen pernah berada di luar sel tubuh dengan rentang waktu tertentu (ekstraselular) saat mereka terpapar oleh mekanisme antibodi, namun saat patogen memasuki fasa intraselular yang tidak terjangkau oleh antibodi, sel T akan memainkan perannya.
Virulensi
Virulensi adalah derajat tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya organisme yang diperlukan unuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu tertentu. Virulensi berkaitan erat dengan infeksi dan penyakit: infeksi merujuk pada suatu situasi di mana suatu mikroorganisme telah menetap dan tumbuh pada suatu inang, dalam hal ini mikrorganisme tersebut dapat melukai atau tidak melukai inangnya; sementara penyakit adalah kerusakan atau cidera pada inang yang mengganggu fungsi tubuh inang. Sebagai contoh, dosis letal 50%/ 50%lethal dose (LD50) adalah jumlah organisme yang diperlukan untuk membunuh setengah dari jumlah inang yang diserang. Sementara dosis infeksius 50%/ 50%infectious dose (ID50) adalah jumlah organisme patogen yang dibutuhkan untuk menginfeksi 50% dari total inang yang diserang. ID50 dari tiap organisme berbeda-beda, sebagai contoh, Shigella memiliki ID50 kurang dari 100 organisme sementara Salmonella memiliki ID50 sekitar 100.000 organisme. Dosis infeksius dari suatu organisme tergantung dari faktor virulensi mereka.
Faktor Virulensi Bakteri
1. Transmisibilitas: Tahap pertama dari proses infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam inang melalui satu atau beberapa jalur: pernapasan, pencernaan (gastrointestinal), urogenitalia, atau kulit yang telah terluka. setelah masuk, patogen harus melalui brmacam-macam sistem pertahanan tubuh sebelum dapat hidup dan berkembangbiak di dalam inangnya. Contoh sistem pertahanan inang meliputi kondisi asam pada perut dan saluran urogenitalia, fagositosis oleh sel darah putih, dan bermacam-macam enzim hidroitik dan proteolitik yang dapat ditemukan di kelenjar saliva, perut, dan usus halus. Bakteri yang memiliki kapsul polisakarida di bagian luarnya seperti Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis memiliki kesempatan lebih besar untuk bertahan hidup.
2. Pelekatan: Beberapa bakteri seperti Escherichia coli menggunakan en:pili untuk melekat pada permukaan sel inang mereka. Bakteri lain memilki molekul adhesi/pelekatan pada permukaan sel mereka atau dinding sel yang hidrofobik seingga mereka dapat menempel pada membran sel inang. Pelekatan meningkatkan virulensi dengan cara mencegah bakteri terbawa oleh mukus atau organ karena aliran cairan seperti pada saluran urin dan pencernaan.

3. Kemampuan invasif: bakteri invasif adalah bakteri yanf dapat masuk ke dalam sel inang atau menembus permukaan kelenjar mukus sehingga menyebar dari titik awal infeksi.[4] Kemampuan invasif didukung oleh adanya enzim yang mendegradasi matriks ektraseluler seperti kolagenase.
4. Toksin bakteri: Beberapa bakteri memproduksi toksin atau racun yang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: endotoksin dan eksotoksin. Eksotoksin adalh protein yang disekresikan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Di sisi lain, endotoksin adalah lipopolisakarida yang tidak disekresikan melainkan terdapat pada dinding sel bakteri gram negatif.
Klasifikasi
Klasifikasi patogen terbagi menjadi: Virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing.
Virus
Virus adalah parasit yang bukan merupakan mahluk hidup namun memiliki materi genetik berupa asam nukleat (DNA/RNA) yang membutuhkan keberadaan sel prokariot atau eukariot yang hidup untuk melakukan replikasi atau perbanyakan dari asam nukleat tersebut. Virus dapat menginfeksi binatang, manusia, tanaman, fungi, bakteri, protozoa, serangga dan hampir semua jenis mahluk hidup. Contoh virus yang menyerang bakteri adalah en:bacteriophage yang menyerang Escherichia coli. Sementara pada manusia contohnya adalah en:Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan penyakit en:Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) .

Bakteri
Bakteri yang termasuk dalam organisme prokariot selain memiliki kegunaan, juga menimbulkan keuntungan karena merupakan patogen yang umum pada mahluk hidup seperti manusia. Contohnya adalah bakteri patogen oportunis Pseudomonas aeruginosa yang dapat menginfeksi paru-paru sehingga dapat menimbulkan kematian. Selain P. aeruginosa bakteri patogen lain yang populer adalah Staphylococcus aureus yang adalah Mikroflora normal manusia pada permukaan kulit, mulut, dan hidung, namun pada saat sistem imun menurun, S. aureus akan bersifat patogen dan dapat menimbulkan penyakit seperti penggumpalan darah.
Fungi
Fungi adalah organisme prokariot yang termasuk dalam kingdom protista dengan sekitar 75.000 spesies yang sudah diidentifikasi. Fungi dapat menjadi parasit pada manusia contohnya seperti Candida albicans yang adalah fungi patogen oportunis yang dapat menyebabkan infeksi pada hampir semua bagian dari tubuh manusia dan dapat menyebabkan kematian C. albicans seringkali menyerang rongga mulut ataupun vagina, namun sewaktu sistem imun inang sedang baik, C. albicans tidak akan menimbulkan infeksi dan hidup secara normal pada rongga mulut manusia misalnya.
Protozoa
Protozoa adalah gup organisme bersel satu yang sangat bervariasi dengan lebih dari 50.000 jenis. Banyak yang berukuran kurang dari 1/200 mm tapi beberapa dapat mencapai 3 mm seperti ''Spirostomun''. Banyak yang hidup secara soliter (sendiri), ada yang secara berkoloni. Pada manusia, protozoa merupakan salah satu patogen dan dapat menyebabkan penyakit seperti malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
Protozoa ini ditularkan dari manusia yang satu ke manusia yang lain dengan perantaraan nyamuk betina dari genus anopheles. Terdapat ratusan juta kasus dari penyakit malaria pertahun dengan tingkat kematian yang tinggi pada negara-negara miskin.
Cacing
Cacing dalam usus merupakan salah satu patogen manusia yang paling umum. Cacing gelang Ascaris lumbricoides diperkirakan menginfeksi 1.472 juta manusia di seluruh dunia. Walau jarang membahayakan nyawa, parasit ini merupakan penyebab utama morbiditas pada negara-negara berkembang. Infeksi berat dapat menyebabkan gangguan usus dan gangguan pertumbuhan.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan definisi yang penting.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.
Di dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) sebelum seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit. Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik.
Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :
a. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
b. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
C. Tipe Nekrotis meliputi :
1. Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel.
2. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau.
3. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya.
4. Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak nekrotis.
5. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering.
6. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua yaitu :
- Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah.
- Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan tanah.
7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu :
- Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan.
- Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan.
- Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.
8. Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya.
9. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu.
10. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang.
11. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak.
D. TIPE HIPOPASTIS meliputi
1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya.
2. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya.
3. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.
E. TIPE HIPERPLASTIS meliputi
1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu.
2. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral.
3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).
4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi.
5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian.
6. Pembentukan alat yang luar biasa :
a. Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil.
b. Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun.
7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam).
8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.
9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas.
10. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru.
11. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.
Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :
a. Fitosesidia (phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan.
b. Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang.
























IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Patogen (Bahasa Yunani: παθογένεια, "penyebab penderitaan") adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua kerajaan biologi.

2. Jamur yang ada pada praktikum kali ini adalah Mycosphaerella musicola, Mycosphaerella fijinensis, Gurgnardia musae, Hemileia Vetotrik, Gleosporium sp, dan Phytoptera palmivora









DAFTAR PUSTAKA
Djafaruddin.2008.Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman.Bumi Aksara:Jakarta.
hhtp://www.wikipedia.org/penyakit, diakses tanggal 11 Maret 2011
http://www.wikipedia.org/patogen, diakses tanggal 11 Maret 2011
Pracaya.2007.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya:Jakarta.











LAMPIRAN