Senin, 28 Maret 2011

PESTISIDA

PESTISIDA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011





I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk memenuhi kebutuhan makanan penduduk yang meningkat dari waktu ke waktu terutama di negara berkembang, upaya produksi pangan sering menghadapi kendala serangan hama yang menyebabkan gagal panen atau minimal hasil panen berkurang. Salah satu cara yang terbukti meningkatkan produksi hasil tanaman pangan adalah penggunaan pestisida, namum di sisi lain karena pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida berlebihan dapat menjadi pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup. Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan melalui berbagai siklus, langsung atau tidak langsung, dapat sampai ke manusia, terhirup melalui pernafasan, dan masuk ke saluran pen-cernaan bersama makanan dan air minum [1-3]. 1

Pestisida atau bahan pembasmi serangga kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik dan hati-hati.

1. sumber Sudana Atmawidjaja, dkk. Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004 - 73


Pestisida yang biasa kita dapat di pasar adalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi kesehatan. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata.

Dalam laporan laporan praktikum ini akan dibahas lebih jauh apa sebenarnya pestisida, insektisida serta hal-hal yang terkait didalamnya.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya pestisida
2. Untuk mengatahui jenis-jenis pestisida






























II. METODOLOGI PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Alat :
1. Kertas gambar
2. Pensil/pena gambar
Bahan :
• Jenis-jenis Pestisida



B. Cara Kerja

Untuk cara kerja praktikum kali ini cukup sederhana
• Siapkan jenis-jenis pestisida yang akan diamati
• Siapkan kertas gambar dan alat tulisnya
• Setelah keduanya siap maka amati satu persatu jenis pestisida tersebut
• Tulis nama, bahan aktif dan sebagainya pada pestisida atau pelabelan pada pestisida











III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan


B. Pembahasan
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". 2
Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan-serangga, jamur, bakteri, virus dan hama lainnya seperti tikus, bekicot, dan nematoda (cacing).

2.Wikipedia-org
Walaupun demikian, istilah pestisida tidak hanya dimaksudkan untuk racun pemberantas hama tanaman dan hasil pertanian, tetapi juga racun untuk memberantas binatang atau serangga dalam rumah, perkantoran atau gudang, serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk.
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. menurut depkes riau kejadian keracunan tidak bisa di tanggulangi lagi sebab para petani sebagian besar menggunakan pestisida kimia yang sangat buruk bagi kesehatan mereka lebih memilih pestisida kimia dari pada pestisida botani (buatan) kejadian keracunan pun sangat meningkat di provinsi tersebut.
Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut beberapa:
A. Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu:
• Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.


• Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
• Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
• Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan.
• Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
• Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.


B.Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
• Pestisida organik (Organic pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal : neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem).
• Pestisida elemen (Elemental pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.
• Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide) : pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.
C.Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
• Pestisida sistemik (Systemic Pesticide) :
adalah pestisida yang diserap dan dialirkan keseluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama.
Contoh : Neem oil.
• Pestisida kontak langsung (Contact pesticide) : adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini.
Contoh : Sebagian besar pestisida kimia.

Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya :
a. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).

b. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.

c. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada mahluk hidup dan lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku utamanya

• Mengurangi residu
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara lain dengan mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel kembali ke sayuran.
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan residu sebanyak 70 persen untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50 persen untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.

Selain pencucian, perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida pada sayuran.
• Menggunakan Prosedur Pelaksanaan Pengamanan Pestisida
Agar senyawa pestisida aman digunakan dan tidak terlalu menimbulkan efek keracunan pada pemakai, maka pemerintah dan formulator telah menetapkan dan memberi petunjuk sebagai pedoman umum dalam penanganan senyawa kimia berbahaya. Mulai dari pemilihan jenis pestisida, tata cara penyimpanan, penakaran, pengenceram, pencampuran sampai kepada prosedur kebersihannya.

• Penggunaan Pestisida Alami
Pestisida alami itu adalah bahan-bahan yang berasal dari alam. Ia memanfaatkan jenis tumbuhan yang memiliki kelebihan mengusir hama, penyakit, dan binatang,Pestisida alam ini dikenal juga dengan pestisida nabati. Merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.

Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu (sisa-sisa zat) mudah hilang.
Di Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis tanaman, dimana zat yang terkandung di masing-masing tanaman memiliki fungsi berbeda ketika berperan sebagai pestisida. Dalam fisiologi tanaman, ada beberapa jenis tanaman yang berpotensi jadi bahan pestisida.
Kelompok Tanaman yaitu;
1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati. Merupakan kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya diyakini bisa menanggulangi serangan serangga.
2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat. Di dalam tumbuhan ini ada suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina dan bertugas menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Tumbuhan yang bisa diambil manfaatnya, daun wangi (kemangi), dan selasih.
3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, kelompok tumbuhan yang menghasilkan
pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi jadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid. Sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah gadung racun.
4. Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida. Diantaranya daun sembung dan akar tuba.
5. Satu lagi, kelompok tumbuhan pestisida serba guna, dimana kelebihan kelompok ini tak hanya berfungsi untuk satu jenis. Misalnya insektisida saja, tapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, dan nematisida. Tumbuhan yang bisa dimanfaatkan dari kelompok ini, yaitu jambu mete, lada, tembakau, dan cengkeh.

Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita akan berbagai mineral dan vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini. Ada baiknya memang kalau kita tahu dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun. Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk. Selain itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida).
Biopestisida tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat dan lalat hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas serangga.
Menurut data kesehatan pekan baru tahun 2007 ada 446 orang meninggal akibat keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan saat menggunakan pestisida, karena petani kurang tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil penilitian Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. dari Sumatera Barat tahun 2005 mengatakan penyebab keracunan pestisida di Riau akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang peda dasarnya para petani hanya 20% petani yang menggunakan APD (alat pelindung diri), 60% patani tidak tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan setelah manggunakan pestisida timbul gejala pada tubuh ( mual,sakit tenggorokan, gatal - gatal, pandangan kabur, Dll.)dan sekitar 20% petani tersebut tidak tau sama sekali tentang bahaya pestisida terhadap kesehatan, juga semakin rendah tingkat pendidikan petani semakin besar risiko terpajan penyakit akibat pestisida.
Oleh karena itu, adalah hal yang bijak jika kita melakukan usaha pencegahan sebelum pencemaran dan keracunan pestisida mengenai diri kita atau makhluk yang berguna lainnya. Usaha atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah :
1. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
2. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
3. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh.
4. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.
5. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
6. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.
7. Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida.





















IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum dan hasil pembahasan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu.

2. Jenis pestisida berupa: insektisida (serangga), fungisida (fungi/jamur), rodentisida (hewan pengerat/Rodentia), herbisida (gulma), akarisida (tungau), bakterisida (bakteri).










DAFTAR PUSTAKA


Atmawidjaja Sudana,dkk.2004.Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Residu Pestisida Metidation pada Tomat. Bandung: IPB
Djafaruddin.2008.Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman.Bumi Aksara:Jakarta.
hhtp://www.wikipedia.org/pestisida, diakses tanggal 11 Maret 2011
http://www.wikipedia.org/perlindungan-diri, diakses tanggal 11 Maret 2011
Pracaya.2007.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya:Jakarta.

METAMORFOSIS HOLOMETABOLA

METAMORFOSIS HOLOMETABOLA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011













A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat :
1. Luv
2. Cawan sedang
3. Pinset
4. Pena /Pensil
5. Kertas gambar
Bahan :
1. Kupu-kupu
2. Kumbang badak
3. Lebah




B. Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
1. Siapkan alat dan bahan yaitu; jenis-jenis serangga, cawan sedang, luv dan pinset sedang
2. Siapakan alat tulis dan gambar
3. Setelah semuanya disiapkan maka amati seluruh bagian tubuh belalang
4. Gambar bagian yg telah diamati satu per satu guna memdudahkan praktikan menggambar bagian tubuh belalang
5. Gambar bagian tubuh tampak samping.
6. Setelah selesai menggambar beri tanda panah pada setiap bagian yang telah digambar guna memudahkan praktikan dalam mengetahui nama-nama bagian untuk setiap proses daur hidup.

METAMORFOSIS HOLOMETABOLA

METAMORFOSIS HOLOMETABOLA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011





I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.
Beberapa serangga, amfibi, mollusca, crustacea, echinodermata, dan tunicata mengalami proses metamorfosis, yang biasanya (tapi tidak selalu) disertai perubahan habitat atau kelakuan.
Pada holometabolisme, larva sangat berbeda dengan dewasanya. Serangga yang melakukan holometabolisme melalui fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan akhirnya menjadi dewasa. Holometabolisme juga dikenal dengan metamorfosis sempurna. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva.

Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis. Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ordo yang termasuk kedalam metamorfosis sempurna
2. Mengetahui daur hidup hewan/serangga yang mengalami metamorfosissempurna






















II. METODOLOGI


A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat :
1. Luv
2. Cawan sedang
3. Pinset
4. Pena /Pensil
5. Kertas gambar
Bahan :
1. Kupu-kupu
2. Kumbang badak
3. Lebah




B. Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
1. Siapkan alat dan bahan yaitu; jenis-jenis serangga, cawan sedang, luv dan pinset sedang
2. Siapakan alat tulis dan gambar
3. Setelah semuanya disiapkan maka amati seluruh bagian tubuh belalang
4. Gambar bagian yg telah diamati satu per satu guna memdudahkan praktikan menggambar bagian tubuh belalang
5. Gambar bagian tubuh tampak samping.
6. Setelah selesai menggambar beri tanda panah pada setiap bagian yang telah digambar guna memudahkan praktikan dalam mengetahui nama-nama bagian untuk setiap proses daur hidup.



















III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
• Kumbang Badak


Metamorfosis Kumbang Badak



• Kupu-kupu Ngengat




Telur
Larva
Pupa Imago


• Lebah

Metamorfosis Lebah

Ketarangan
A. Telur
B. Larva
C. Pupa
D. Dan E . Imago




B. Pembahasan
• Metamorfosis Kumbang Badak
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Coleoptera

Upaordo: Polyphaga

Superfamili: Scarabaeoidea

Famili: Scarabaeidae

Upafamili: Dynastinae

Genus: Trypoxylus
Spesies: T. dichotomus

Nama binomial

Trypoxylus dichotomus
(Linnaeus, 1771)



Panjang tubuh jantan 30-54 mm (tidak termasuk tanduk), panjang tubuh betina 30-52 mm. Selain sebuah antena di bagian kepala, imago jantan memiliki satu antena pendek di bagian dada yang sebenarnya adalah sebagian dari eksoskeleton yang mencuat ke luar. Kegunaannya sebagai senjata ketika berkelahi memperebutkan pakan dan betina. Panjang antena bervariasi bergantung besar ukuran tubuh. Keadaan pakan dalam stadium larva mempengaruhi ukuran tubuh stadium dewasa.

Kumbang badak jepang giat di permukaan dahan yang vertikal dari pohon berkayu keras. Ujung cakar pengait dipakai untuk menempel di permukaan kulit kayu. Ketika berkelahi, kumbang ini menggunakan prinsip pengungkit hingga lawan terlontar akibat cakar pengait lawan terlepas dari kulit kayu. Lawan yang kalah tidak berusaha dikejar. Dalam perkelahian kumbang badak jepang tidak ada saling bunuh atau melukai.
Kumbang badak jepang menjalani metamorfosis sempurna: telur, larva, kepompong, dan imago. Larva mengalami tiga instar dan berganti kulit dua kali.






• Metamorfosis Kupu - kupu
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Divisi: Rhopalocera

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Lepidoptera

Suku
Superfamily Hesperioidea:
o Hesperiidae
Superfamily Papilionoidea:
o Papilionidae
o Pieridae
o Nymphalidae
o Lycaenidae
o Riodinidae


Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap).
Secara sederhana, kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan gengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti. (van Mastrigt dan Rosariyanto, 2005).
Kupu-kupu dan ngengat amat banyak jenisnya. Di Jawa dan Bali saja tercatat lebih dari 600 spesies kupu-kupu. Jenis ngengatnya sejauh ini belum pernah dibuatkan daftar lengkapnya, akan tetapi diduga ada ratusan jenis (Whitten dkk., 1999). Kupu-kupu pun menjadi salah satu dari sedikit jenis serangga yang tidak berbahaya bagi manusia.
Metamorfosis pada insekta sering kali diikuti dengan pengerusakan pada jaringan-jaringan pada fase larva digantikan dengan jaringan-jaringan dari sel-sel yang baru yang telah berdiferensiasi. Insekta tumbuh dengan cara molting yaitu pertumbuhan kutikula baru dengan meningkatkan ukuran tubuh. Ada tiga jenis pertumbuhan pada insecta:
1. Ametabola, yaitu tahapan yang tidak melalui tahap larva, contoknya pada ngengat dan kutu loncat.
2. Hemimetabola, yaitu metamorfosis yang melalui tahapan pro-nimpha yang terjadi persis setelah penetasan. Setelah itu, insekta mengalami tahap nimpha. Pada metamorfosis hemimetabola, sayap rudimen, organ genitalia, dan struktur ciri-ciri perkembangan lainnya sudah terbentuk tapi belum sempurna. Namun, organ-organ ini tumbuh dengan sempurna pada akhir molting. Contohnya dapat ditemui pada belalang dan kutu busuk.
3. Holometabola, yaitu metamorfosis yang dimulai dengan tahapn larva setelah penetasan. Larva yang mengalami molting akan tumbuh dan berukuran besar. Tahapan diantara larva yang mengalami molting dinamakan instar. Setelah tahap instar tahapan yang terakhir terbentuk pupa. Selama pembentukan pupa, terjadi proses pembentukan struktur hewan dewasa.
Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/ sari kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran burung, dan tanah basah.
Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan tetapi umumnya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenis-jenis tumbuhan yang tertentu saja. Sehingga kehadiran suatu jenis kupu-kupu di suatu tempat, juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang menjadi inang dari ulatnya.

Hormon yang berpengaruh pada metamorfosis kupu - kupu
Molting dan metamorfosis dikontrol oleh beberapa hormon efektor diantaranya yaitu:
a) Juvennile hormon, disekresikan oleh corpora allata. Sel sekretori corpora allataaktif selama larva molting. Selama hormon juvennil terbentuk hidroksi ekdison menstimulasi molting dan menghasilkan larva instar yang baru.hormon juvennil juga berungsi untuk mencegah perubahan induksi ekdison pada ekspresi gen yang penting saat terjadi metamorfosis
b) 20-hidroxyecdysone, berfungsi untuk menginisiasi dan mengkordinir atau mengatur tiap tahapan molting dan meregulasi perubahan ekspresi gen yang terjadi selama metamorfosis melalui proses ekdisis.
c) Prothoracicotropic (PTIH), proses molting diinisiasi di otak, dimana sel neurosekretori menghasilkan hormon Prothoracicotropic (PTIH) yang merespon neural, hormonal, atau sinyal lingkungan. PTIH adalah hormon peptida yang menstimulasi ekdison dari kelenjar prothoracic.

Metamorfosis Lebah
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hymenoptera

Famili: Apidae

Bangsa: Apini
Genus: Apis
Linnaeus, 1758

Spesies
Apis andreniformis
Apis cerana, atau lebah madu timur
Apis dorsata, atau lebah madu raksasa
Apis florea, atau lebah madu kerdil
Apis koschevnikovi, atau lebah asal Kalimantan
Apis mellifera, atau lebah madu barat
Apis nigrocincta, atau lebah madu asli Sulawesi

Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena suka hidup berkelompokm meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua lebah masuk dalam suku/familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika.
Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari malam yang terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari.
Serangga betina memiliki peran penting dalam kelompok serangga ini. Perilaku dari lebah sangat ditentukan oleh perilaku dari lebah betina. Beberapa lebah betina dari spesies tertentu hidup sendiri (soliter) dan sebagian lainnya dikenal memiliki perilaku sosial. Lebah soliter membangun sendiri sarangnya dan mencari makan untuk keturunnya tanpa bantuan lebah lain dan biasanya mati atau meninggalkan sarang pada saat keturunnya belum menjadi lebah dewasa. Kadang kala beberapa spesies lebah soliter memberi makan dan merawat anaknya tanpa memberikan cadangan makanan bagi anaknya, bentuk hubungan seperti ini dikenal dengan istilah subsosial. Sementara pada tahap lebih tinggi, lebah hidup berkelompok dan saling berbagi tugas sesuai dengan bentuk fisik masing-masing.
Setiap kasta lebah mempunyai tugas masing-masing. Lebah ratu hanya satu ekor dalam setiap koloni dan mengawal semua kegiatan lebah betina dan lebah jantan. Komposisi kromosomnya diploid sehingga dapat menghasilkan keturunan. Badannya lebih besar karena sejak masih dalam bentuk larva ia diberi makan royal jelly yang kaya akan khasiat. Tugas utamanya ialah kawin dan bertelur. Lebah ratu yang aktif mampu bertelur kira-kira 2.000 butir sehari. Harapan hidup lebah ratu ialah tiga tahun.
Lebah betina atau lebah pekerja mengumpulkan serbuk sari dan nektar. Madu merupakan produk hasil pengolahan makanan ini dalam tubuhnya dan disimpan dalam sarang lebah untuk makanan, termasuk untuk larva dan pupa. Ada juga lebah betina yang bertugas membersihkan sarang dan menjaga anak-anak lebah. Harapan hidup lebah pekerja ialah tiga bulan atau lebih sedikit. Lebah betina terbentuk tanpa melalui perkawinan ("partenogenesis") dan mandul (steril) karena hanya memiliki satu set kromosom (haploid). Lebah menjalani metamorfosis lengkap ("holometabola") sehingga terdapat empat tahap bentuk kehidupan:
1. telur;
2. larva;
3. pupa (kepompong);
4. imago (lebah dewasa).
Telur yang menetas akan menjadi larva. Pada tahapan ini, lebah pekerja akan memberi larva makanan berupa serbuk sari, nektar, serta madu. Sebagian nektar yang dikumpul oleh lebah pekerja disimpan sebagai madu. Setelah beberapa hari, larva berganti menjadi pupa dan seterusnya menjadi anak lebah.



















IV. KESIMPULAN


Dari praktikum dan pembahasan pada praktikum ini maka, dapat disimpulkan bahwa:
1. Yang termasuk kedalam metamorfosis sempurna pada praktikum adalah ordo coleoptera, lepidoptera, dan hymenoptera.
2. Daur hidup pada metamorfosis sempurna secara umum adalah telur larva pupa imago












DAFTAR PUSTAKA

Agus widada dan S Enceng. Kumpulan Informasi Hama Tanaman.Pustaka Widada Agus. Bogor.2003.
Agus Widada dan S Enceng. Hama Tanaman, Masalah dan Solusinya.Kanisius. Yogyakarta. 2007
http://www.gudangmateri.com/2010/07/metamorfosis-dan-metagenesis-hewan.html, diakses pada 25 Februari 2011.
http://www.gudangmateri.com/2010/07/metamorfosis-dan-metagenesis-hewan.html, diakses pada 25 Februari 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Lebah_madu, diakses 25 Februari 2011
http://pandyblogspot.blogspot.com/2011/02/kumbang-badak-jepang.html, diakses pada 25 Februar 2011.
H. van Mastrigt dan E. Rosariyanto. 2005. Buku Panduan Lapangan Kupu-kupu untuk Wilayah Mamberamo sampai Pegunungan Cyclops.
T. Whitten, R.E. Soeriaatmadja, S.A. Affiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Hlm. 258-265.









LAMPIRAN

METAMORFOSIS PHEUROMETABOLA

METAMORFOSIS PHEUROMETABOLA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)


Oleh :
Siti Nuraini
0814023115




JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011




I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.

Beberapa serangga, amfibi, mollusca, crustacea, echinodermata, dan tunicata mengalami proses metamorfosis, yang biasanya (tapi tidak selalu) disertai perubahan habitat atau kelakuan.
Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas, melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel. Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek = meta (diantara, sekitar, setelah), morphe` ( bentuk), osis (bagian dari), jadi metamorphosis merupakan perubahan bentuk selama perkembangan post-embrionik. Hewan yang mengalami metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah katak, kupu-kupu dan serangga.

Metamorfosis ini tediri atas beberapa jenis yaitu;
1. Metamorfosis tidak sempurna
2. Metamorfosis sempurna
3. Tanpa metamorfosis
4. Metamorfosis bertahap
Selanjutnya pada laporan ini akan lebih menjelaskan tentang metamorfosis pada serangga khususnya untuk metamorfosis tidak sempurna.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adaah:
1. Mengetahui tentang metamorfosis
2. Mengetahui serangga dalam praktikum termasuk kedalam hama apa saja, untuk sebagian besarnya.











II. METODOLOGI

A. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat :
1. Luv
2. Cawan sedang
3. Pinset
4. Pena /Pensil
5. Kertas gambar
Bahan :
1. Capung
2. Kepik hijau
3. Kecoa
4. Belalang sembah
5. Walang sangit
6. Belalang pedang
7. Anjing tanah
8. Kepinding tanah
9. Jangkrik
10. Tonggeret
11. Helopeltis
B. Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
1. Siapkan alat dan bahan yaitu; jenis-jenis serangga, cawan sedang, luv dan pinset sedang
2. Siapakan alat tulis dan gambar
3. Setelah semuanya disiapkan maka amati seluruh bagian tubuh belalang
4. Gambar bagian yg telah diamati satu per satu guna memdudahkan praktikan menggambar bagian tubuh belalang
5. Gambar bagian tubuh tampak samping.
6. Setelah selesai menggambar beri tanda panah pada setiap bagian yang telah digambar guna memudahkan praktikan dalam mengetahui nama-nama bagian tubuh belalang tersebut.










III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Anjing tanah
Neocurtilla hexadactyla
Kecoa

Belalang sembah
Tonggeret



Walang sangit

Kepik hijau


Capung


Heloptis



Belelang pedang


B. Pembahasan
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam").
Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).
Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan. Ordo Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen. Ada beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan penghisap cairan.
Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya. Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan. Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang.
Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu. Ordo Diplura memiliki mata majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan humus. Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk.. Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan.
Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya. Habitatnya adalah di lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah. Beberapa dari jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi tanaman
Metamorfosis pada Serangga
Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya.
suntingMorfologi Serangga
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).
Peran serangga
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll.
Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva atau nimfa, kadang-kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai spesies dewasa. Ada dua macam metamorfosis utama pada serangga, hemimetabolisme dan holometabolisme.


Metamorfosis tidak sempurna pada belalang
Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut larva. Tapi pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies serangga, hanya fase pertama yang disebut larva dan kadang-kadang memiliki nama yang berbeda.
Pada hemimetabolisme, perkembangan larva berlangsung pada fase pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Hemimetabolisme juga dikenal dengan metamorfosis tidak sempurna.
Pada holometabolisme, larva sangat berbeda dengan dewasanya. Serangga yang melakukan holometabolisme melalui fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan akhirnya menjadi dewasa. Holometabolisme juga dikenal dengan metamorfosis sempurna. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis.
Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak sempurna.





• Kecoa
Kecoa atau coro adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri dari 3.500 spesies dalam 6 familia. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi, kecuali di wilayah kutub.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Upakelas: Pterygota

Infrakelas: Neoptera

Superordo: Dictyoptera

Ordo: Blattodea

Di antara spesies yang paling terkenal adalah kecoa Amerika, Periplaneta americana, yang memiliki panjang 3 cm, kecoa Jerman, Blattella germanica, dengan panjang ±1½ cm, dan kecoa Asia, Blattella asahinai, dengan panjang juga sekitar 1½ cm. Kecoa sering dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun hanya sedikit dari ribuan spesies kecoa yang termasuk dalam kategori ini.
Kecoa, termasuk kecoa Asia adalah hama rumahan yang oleh masyarakat dinilai tidak berguna bahkan menjijikkan. Tetapi hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan kecoa Asia (Blattella asahinai) bisa bermanfaat bagi petani kapas untuk digunakan sebagai pengendali biologis terhadap hama perusak.
Petunjuk tersebut merupakan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert S. Pfannenstiel, pakar entomologi pada unit Lembaga Penelitian Pertanian (ARS) Departemen Pertanian Amerika Serikat di Weslaco, Texas. Peneliti tersebut mulai menyadari munculnya pemangsa baru telur-telur serangga Lepidoptera di kebun-kebun kedelai di sekitar Weslaco pada tahun 2006.
Kecoa Asia diketahui telah masuk ke Amerika Serikat tahun 1986 ketika pertama kali ditemukan keberadaannya di Florida. Sejak itu, kecoa Asia menyebar ke berbagai daerah negeri itu termasuk Texas dan daerah perbatasann dengan Meksiko. Selama belasan tahun pertama kehadirannya di Amerika Serikat, kecoa Asia dipandang sebagai hama rumahan yang mengganggu.
Perhatian tentang kemanfaatan kecoa sebagai pengendali biologis terhadap hama serangga mulai berkembang setelah penemuan Pfannenstiel bahwa populasi tinggi kecoa di kebun-kebun kedelai sekitar Weslaco sama sekali tidak menimbulkan kerugian pada tanaman kapas.
Kecoa Asia termasuk hewan nokturnal, yakni aktif pada malam hari. Kegiatan memangsa telur-telur hama serangga lepidoptera berlangsung pada waktu malam. Pada waktu siang, kecoa bersembunyi di sampah dedaunan. Kecoa Asia adalah kerabat dekat kecoa Jerman B. germanica, yang juga hama rumahan penting. Bekerjasama dengan pakar serangga Coby Schal dari Universitas Negara South Carolina, telah dilakukan pula pemetaan penyebaran kecoa Asia di Amerika Serikat.
Potensi kecoa Asia sebagai pemangsa hama yang efektif serangga di kebun kapas sudah diketahui, tetapi penggunaannya di lapang masih menimbulkan dilema. Masalahnya, kecoa Asia yang juga hama rumahan memiliki kemampuan terbang yang kuat sehingga dari kebun bisa memasuki rumah dan tempat tingga di sekitarnya. Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan ARS sedang melakukan penelitian lebih lanjut.

• Anjing Tanah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Orthoptera

Upaordo: Ensifera

Superfamili: Grylloidea

Famili: Gryllotalpidae
Saussure, 1870

Anjing tanah dikenal sebagai serangga berukuran sedang, berwarna coklat terang hingga gelap, memiliki kulit pelindung yang tebal yang hidup di dalam tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah dan berenang. Orang Jawa menyebutnya orong-orong, di tanah Sunda disebut gaang, sementara dalam bahasa Toba disebut singke. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mole cricket, atau "jangkrik tikus mondok". Semua anggotanya termasuk dalam keluarga Gryllotalpidae.
Serangga yang kadang-kadang ditemukan berlari cepat di sudut pekarangan ini dapat pula terbang hingga sejauh 8km dalam musim kawin. Hewan muda memiliki sayap yang pendek. Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi. Pada musim kawin hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun dengan suara yang jauh berbeda.
Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat mengganggu pendengaran. Bila lubang persembunyiannya didekati, ia akan berhenti bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.
Anjing tanah memakan segala, meskipun pada dasarnya ia adalah karnivora. Menunya adalah larva-larva serangga lain atau cacing. Bila kekurangan makanan ia akan memakan akar dan rumput-rumputan. Akibat tindakan yang terakhir ini anjing tanah kadang-kadang digolongkan sebagai hama tanaman. Pemangsanya bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, segung, hingga rubah.
Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makan. Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan, serta lapangan rumput. Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.
Perannya dalam kehidupan manusia tidak terlalu penting. Hewan ini kadang-kadang digolongkan sebagai hama karena perilakunya merusak perakaran atau juga memakannya. Di Asia Timur hewan ini kadang-kadang digoreng dan disantap. Pemelihara burung juga menjadikan orong-orong sebagai bagian pakan hidup. Sekresi yang dihasilkan orong-orong di Cina menjadi bahan pengobatan, dan sekarang mulai diteliti khasiatnya secara farmasi.
Anjing tanah di beberapa tempat berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama juga mengganggu kehidupannya.

• Belalang sembah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Mantodea

Belalang sentadu atau belalang sembah adalah serangga yangn termasuk ke dalam ordo Mantodea. Dalam bahasa Inggris, serangga ini biasa disebut praying mantis karena sikapnya yang seringkali kelihatan seperti sedang berdoa. Kata mantis berasal dari bahasa Yunani "Mantes" yang berarti "nabi" atau "peramal nasib". Banyak sebutan dalam bahasa lokal, seperti congcorang (bahasa Sunda/bahasa Betawi), walang kadung/kèkèk (bahasa Jawa), dan mentadak (bahasa Melayu).
Seekor belalang sentadu betina yang hamil akan menghasilkan massa busa yang besar, yang disebut ootheca (jamak:oothecae). Ootheca ini dapat memuat hingga 300 butir telur, yang semuanya dilindungi dalam kantung busa. Oothecae ini dihasilkan pada musim gugur —dan sesudah itu belalang sentadu dewasa mati— dan menetas dalam waktu hingga lima bulan. Sebagian spesies menetas dalam interval kecil, dan proses penetasan dapat berlangsung hingga lima minggu ketika sebelum larva muncul sepenuhnya.
Belalang betina yang bunting tidak hanya memproduksi oothecae, tetapi juga oothecae yang tidak subur oleh belalang betina yang belum dikawini. Kadang-kadang satu atau dua larva menetas, tetapi hal ini jarang sekali terjadi.
Beberapa spesies, seperti misalnya Brunneria borealis, menghasilkan oothecae melalui partenogenesis.
Dalam keadaan ini, belalang jantan tidak dibutuhkan untuk menghasilkan ootheca yang subur; namun, semua belalang yang dihasilkan dari proses ini adalah betina.
• Tonggoret
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Serangga

Ordo: Hemiptera

Upaordo: Auchenorrhyncha

Infraordo: Cicadomorpha

Superfamili: Cicadoidea
Famili: Cicadidae
Westwood, 1840

Tonggeret adalah sebutan untuk segala jenis serangga dari ordo Hemiptera, subordo Cicadomorpha. Serangga ini mempunyai mata yang kecil dan terpisah jauh di kepalanya dan biasanya juga memiliki sayap yang tembus pandang.
Tonggeret hidup di daerah beriklim sedang hingga tropis dan sangat mudah dikenali di antara serangga lainnya, terutama karena tubuhnya yang besar dan bakat akustiknya yang luar biasa (dan seringkali sangat mudah dikenali).
Di Indonesia, suara tonggeret yang nyaring akan muncul di akhir musim penghujan, saat serangga ini mencapai tahap dewasa, keluar dari bawah permukaan tanah untuk melakukan ritual musim kawin.
Seusai kawin, betina meletakkan telur di tanah, serangga ini mati. Tonggeret kadang-kadang dikira belalang atau lalat besar, meskipun mereka tidak mempunyai pertalian keluarga yang dekat. Tonggeret mempunyai hubungan dekat secara taksonomi dengan wereng dan spittlebugs.
• Walang sangit
Walang sangit ((Leptocorisa oratorius Fabricius, (Hemiptera:Alydidae); syn. Leptocorisa acuta) adalah serangga yang menjadi hama penting pada tanaman budidaya, terutama padi. Hewan ini mudah dikenali dari bentuknya yang memanjang, berukuran sekitar 2cm, berwarna merah dan hitam. Walang sangit adalah anggota ordo Hemiptera.
Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah.
Nama hewan ini menunjukkan bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga dinamakan "sangit").



• Kepik Hijau
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hemiptera
Linnaeus, 1758

Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies. Serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis sempurna.
Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalam Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap serangga anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh.
Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk jaringan dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya. Hemiptera sendiri adalah omnivora yang berarti mereka mengkonsumsi hampir segala jenis makanan mulai dari cairan tumbuhan, biji-bijian, serangga lain, hingga hewan-hewan kecil seperti ikan.
Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong.

Serangga anggota Hemiptera perlu melakukan perkawinan agar betinanya bisa membuahi telurnya dan berkembang biak, namun kutu daun atau afid yang juga merupakan anggota Hemiptera bisa melakukan partenogenesis (melahirkan tanpa kawin) sehingga mereka tetap bisa berkembang biak tanpa harus kawin lebih dulu.
• Capung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Odonata

Upaordo: Epiprocta

Infraordo: Anisoptera
Selys, 1854

Capung atau sibar-sibar dan capung jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn).
Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping.
Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya.
Capung dewasa tidak pernah dianggap sebagai pengganggu atau hama. Capung bahkan membantu petani di sawah karena memburu beberapa macam serangga yang biasa menjadi hama tanaman, seperti ngengat dan walang sangit. Anak-anak di desa sering menangkapi capung untuk pakan burung, atau untuk bermain-main dengannya.




• Kepinding tanah (Scotinophora coarctata / kutu busuk )
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hemiptera

Upaordo: Heteroptera

Infraordo: Cimicomorpha

Superfamili: Cimicoidea

Famili: Cimicidae
Latreille, 1802

Kutu busuk atau bangsat atau kepinding adalah serangga parasit dari keluarga Cimicidae. Kalau kita menyebut kutu busuk, biasanya yang kita maksud adalah spesies yang meminum darah manusia dan hewn berdarah panas lainnya.
Kutu busuk senang tinggal di rumah manusia, khususnya pada tempat tidur. Kutu busuk bisa menggigit korbannya tanpa ketahuan. Serangga parasit ini bisa menimbulkan penyakit ruam-ruam, efek psikologis, dan gejala alergi.
Imago/Serangga Dewasa
a. Warna coklat kehitaman dan bila terganggu berbau khas menyengat
b. Lama bertelur 12-17 hari setelah kawin.
c. Umur imago 4-7 bulan hal ini disebabkan oleh umur inang, makin tua tanaman serangga makin berkembang dengan baik
Telur
a. Bentuk telur lonjong, berwarna merah jambu kehijau-hijauan
b. Letak telur berkelompok pada pangkat rumpun padi
c. Stadium telur 4-7 hari.
Nimfa
a. Warna nimfa coklat kekuningan.
b. Tidak bersayap.
c. Stadium nimfa 20-30 hari.
Dinamika populasi
a. Serangga dewasa mampu hidup dan berkembangbiak selama 2 musim.
b. Waktu musim kemarau serangga dewasa dapat bertahan pada
bongkahan tanah yang berumput.
c. Pada saat cuaca baik dewasa terbang ke pertanaman dalam jumlah besar
(lebih menyukai keadaan basah dan lembab)
d. Serangga dewasa menyukai intensitas cahaya yang tinggi dan mudah
ditangkap pada saat bulan purnama.
e. Tanaman inang : Panicum, jagung Sceleria, Scirphus dan padi liar.
f. Kepinding tanah menyerang pada bagian batang padi.

Pengelolaan
a. Pembajakan tanah segera setelah panen untuk mematikan telur, nimfa dan dewasa yang tinggal pada pangkal padi.
b. Pengeringan lahan sawah untuk menghambat perkembangan.
c. Sanitasi lahan dan lingkungan dari tumbuhan inang rerumputan

Musuh alami
a. Parasitoid telur : Scelionid
b. Predator telur ; Katak dan kadal
c. Predator telur,nimfa dan dewasa adalah kumbang Carabidae

• Jangkrik
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Orthoptera

Upaordo: Ensifera

Superfamili: Grylloidea

Famili: Gryllidae
BolĂ­var, 1878

Cengkerik atau jangkrik (Gryllidae) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh cengkerik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya.
Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies cengkerik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.
Cengkerik telah dipelihara manusia sejak lama, dan di Asia dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Laga cengkerik adalah sejenis permainan yang populer dan kerap kali melibatkan taruhan. Di Caraguatatuba, Brazil, cengkerik hitam di dalam ruangan dipercaya sebagai tanda datangnya penyakit, cengkerik hijau harapan, dan cengkerik kelabu uang. Dalam komedi, suara cengkerik biasanya digunakan untuk menandakan lawakan yang tidak lucu dan tidak membuat orang tertawa.
• Helopeltis
Hama helopeltis Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama helopeltis juga dapat dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.
Merupakan hama utama pada tanaman perkebunan sehingga keberadaannnya dilapang perlu mendapatkan perhatian yang serius. Siklus hidup nya lebih kurang 24 hari, dan selama hidupnya lima kali mengalami pergantian kulit. Hama ini menimbulkan kesurasakan dengan cara menusuk dan menghisap cairan buah dan menghisap tunas-tunas muda.
Pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, pengendalian secara hayati, dan pengendalian secara kimiawi.
Pengendalian secara mekaniak yaitu menangkap dan menyelubungi buah dengan kantong plastik. Pengendalian secara kultur teknis yaitu, pemupukan secara teratur dan tepat, perlindungan pohon, pemilihan klon unggul dan pemangkasan.





IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan diperoleh keimpulan sebagai berikut:
1. Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.
2. Jenis serangga yang ada dalam praktikum sebagian besar termasuk kedalam tanaman.













DAFTAR PUSTAKA

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3222033.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Belalang_sentadu
http://id.wikipedia.org/wiki/Belalang
http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Serangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Kecoa
http://id.wikipedia.org/wiki/Capung
http://rohadi.wordpress.com/harun-yahya/keajaiban-rancangan-pada-kemampuan-terbang-serangga/perubahan-bentuk-metamorfosis-capung/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepik
http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkerik
http://id.wikipedia.org/wiki/Anjing_tanah
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.sith.itb.ac.id%2Fpublikasi-ia%2FBed-bug-or-kutu-busuk-Cimex.pdf&rct=j&q=kutu%20busuk&ei=dm1kTYW6CM_trQeq3vWlAg&usg=AFQjCNF05GFso4gzGIfMs8tIJ2Y7fPGPUQ&cad=rja
http://hsidhi.wordpress.com/2007/11/21/kutu-busuk-bangsat/
http://omadun.blogspot.com/2009/02/kepinding-tanah-scotinophora-coarctata.html

BELALANG KAYU (Valangia nigricornis)

BELALANG KAYU (Valangia nigricornis)
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)


Oleh :
Siti Nuraini
0814023115




JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi.
Pada praktikum kali ini kita akan lebih rinci membahas hama khususnya serangga untuk klasifikasi Belalang kayu ( Valanga nigricornis ). Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan. Dalam Agama Islam, Belalang adalah salah satu dari dua hewan yang apabila telah terlebih dahulu mati masih dihalalkan untuk dimakan, bersama Ikan.1
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan belalang
2. Mengetahui bagian tubuh belalang
3. Mengetahui klasifikasi belalang kayu

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Belalang




II. METODOLOGI

A. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat :
1. Luv
2. Cawan sedang
3. Pinset
4. Pena /Pensil
5. Kertas gambar
Bahan :
-Belalang
B. Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
1. Siapkan alat dan bahan yaitu; belalang kayu, cawan sedang, luv dan pinset sedang
2. Siapakan alat tulis dan gambar
3. Setelah semuanya disiapkan maka amati seluruh bagian tubuh belalang
4. Gambar bagian yg telah diamati satu per satu guna memdudahkan praktikan menggambar bagian tubuh belalang
5. Gambar bagian tubuh tampak samping, tampak depan, bagian kepala dan lainnya.
6. Setelah selesai menggambar beri tanda panah pada setiap bagian yang telah digambar guna memudahkan praktikan dalam mengetahui nama-nama bagian tubuh belalang tersebut.





III. PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan


• Tampak samping


• Bagian –bagian tubuh belalang

• Bagian kepala belalang







B. Pembahasan

Belalang kayu ( Valanga nigricornis ) memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acridoidea
Genus : Valanga
Specific name : nigricornis -
Scientific name : - Valanga nigricornis...2

Anatomi luar serangga meskipun pada dasarnya sama pada semua jenis serangga, tetapi ada keragaman menurut jenisnya dan dalam satu jenis serangga menurut tahap perkembangannya.
Serangga memiliki dinding tubuh yang disebut integumen. Integumen ini berperan sebagai kerangka luar (eksoskleleton).
Anatomi Luar Integumen
Integumen terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu :
a. Lapisan dasar (basement membrane) dengan ketebalan kurang lebih
b. Epidermis atau hipodermis yang mempunyai ketebalan satu sel.
c. Lapisan kutikula yang tebalnya kurang lebih 1m.
Kutikula terdiri dari sel-sel mati yang dibentuk oleh sel hidup di bawahnya yaitu epikutikula, dan terdiri dari prokutikula dan epikutikula. Prokutikula terdiri dari lapisan yang lebih tebal dibandingkan epikutikula.

• Prokutikula terdiri dari lapisan endokutikula dan eksokutikula.
• Epikutikula merupakan lapisan tipis yang biasanya terdiri dari :
a. Lapisan dalam disebut lapisan kutikulin (lipoprotein).
b. Lapisan luar disebut lapisan lilin yang sulit ditembus air.
2http://zipcodezoo.com/Animals/V/Valanga_nigricornis_fumosa/

• Bagian yang mengeras dari kutikula terutama terdapat pada lapisan eksokutikula, disebabkan oleh adanya sklerotin sebagai hasil dari proses pengerasan yang disebut dengan sklerotisasi.
• Kutikula relatif permiabel, dan bila keadaannya tipis, maka dapat dilalui oleh air dan gas.
Pada kutikula sering dijumpai :
o sulkus, yaitu lekukan pada kutikula bagian luar
o sutura, yaitu garis persatuan antara dua sklerit yang terpisah
o apodema atau apofisis, yaitu penonjolan bagian dalam kutikula
Secara garis besar bagian tubuh serangga terdiri dari kepala, thoraks, dan abdomen.

Morfologi Kepala
Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk pengumpulan makanan dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sklerit. Sklerit-sklerit ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura yang tampak sebagai alur
Kutikula pada kepala mengalami penonjolan ke arah dalam, membentuk rangka kepala bagian dalam, yang disebut tentorium.
Terdapat tiga tipe kepala berdasarkan posisi alat mulut, yaitu :

1. Prognatous (menghadap ke depan), contoh : Sithopillus oryzae (Coleoptera, Curculionidae)
2. Hypognatous (menghadap ke bawah), contoh : Valanga nigricornis (Orthoptera, Acrididae)
3. Ophistognatous (menghadap ke bawah dan belakang), contoh : Leptocorisa acuta (Hemiptera, Alydidae)
Pada kepala terdapat dua organ penerima rangsang yang tampak jelas yaitu mata tunggal dan antena. Mata terdiri dari dua jenis : mata majemuk dan tunggal.

Antena
Sepasang antena terdapat pada salah satu ruas kepala di atas mulut yang dapat digerak-gerakkan. Antena merupakan alat penting yang berfungsi sebagai alat perasa dan alat pencium. Ruas pertama antena yang disebut skapus melekat pada kepala. Ruas kedua disebut pedisel dan ruas-ruas berikutnya secara keseluruhan disebut flagelum.
Bentuk dan ukuran antena serangga sangat beragam. Berdasarkan bentuknya antena serangga dapat dibedakan menjadi 14 tipe yaitu :
1. Filiform : menyerupai tambang, tiap-tiap segmen yang membentuk antena ukurannya sama, misalnya antena pada Valanga sp. (Orthoptera).
2. Moniliform : seperti manik-manik, ruas-ruas antena berukuran sama dan berbentuk bulat, misalnya Rhysodidae.
3. Setaseous : seperti rambut kaku (Seta), makin ke ujung ruas-ruas antena maakin ramping, misalnya Isoptera.
4. Clavate : seperti moniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya, misalnya Coccinellidae.
5. Capitate : seperti clavate tetapi perbesaran ruas-ruas terakhir tiba-tiba membesar, misalnya Nitidulidae.
6. Serate : tiap-tiap segmennya berbentuk seperti gigi, misalnya Elateridae.
7. Geniculate : segmen pertama berukuran panjang diikuti oleh satu segmen yang lebih kecil yang membentuk sudut dengan segmen pertama, misalnya Formicidae.
8. Pectinate : setiap segmen memanjang ke arah samping seperti sisir, misalnya Pyrochoroidae.
9. Bipectinate : setiap segmen memiliki satu pasang rambut.
10. Stylate : segmen terakhir runcing dan agak panjang, misalnya Asilidae.
11. Aristate : seakan-akan dari segmen antena keluar lagi antena, misalnya Muscidae.
12. Plumose : setiap segmen berambut lebat dan panjang, misalnya nyamuk jantan.

13. Lamellate : segmen paling ujung membesar dan menjadi lempengan, misalnya Scarabaidae.
14. Flabellate : semua segmen setelah pedicel bentuknya seperti lempengan, misalnya Rhipiceridae

Alat Mulut
Secara umum alat-alat mulut serangga terdiri dari :
1. Labrum (bibir atas)
2. Sepasang mandibel (geraham pertama)
3. Sepasang maksila (geraham kedua)
4. Labium (bibir bawah)
5. Epifaring (lidah)
Bagian-bagian mulut serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe umum, mandibulata (pengunyah) dan haustelata (penghisap).
• Tipe alat mulut pengunyah, mandibel bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke sisi, dan serangga tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah makanannya.
• Tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan bentuk seperti probosis yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu makanan cair dihisap. Mandibel pada bagian mulut penghisap mungkin memanjang dan berbentuk stilet atau tidak ada.
Beberapa tipe alat mulut serangga yaitu :
a. Tipe alat mulut menggigit mengunyah terdiri dari :
(1). Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut.

(2). Epifaring, berfungsi sebagai pengecap.

(3). Mandibel, berfungsi untuk mengunyah, memotong, atau melunakkan makanan.

(4). Maksila, merupakan alat bantu untuk mengambil makanan. Maxila memiliki empat cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea.

(5). Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut.


(6). Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk menutup atau membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum, submentum, dan ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang paraglosa.
• Contoh serangga dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan Lepidoptera.

b. Tipe alat mulut mengunyah dan menghisap
• Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu.
• Glosa merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga.

c. Tipe alat mulut menjilat mengisap
• Tipe alat mulut ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera).
• Pada bagian bawah kepala terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah.
• Ruas pangkal tabung disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum.
• Ujung dari labium ini berbentuk khusus yang berfungsi sebagai pengisap, disebut labellum

d. Tipe Alat Mulut Mengisap
• Tipe alat mulut ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa (Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna.
• Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat dan memiliki tiga segmen.


• Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam tipe alat mulut ini adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu tabung yang sangat memanjang dan menggulung

e. Tipe Alat Mulut Menusuk Mengisap
• Kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara (Heteroptera).
• Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet
• Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman.
• Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah.

Bagian Toraks
Bagian dari tubuh serangga antara kepala dan abdomen adalah thoraks terdiri dari tiga segmen atau ruas yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks
Ketiga bagian toraks tersebut memiliki sepasang tungkai, sedangkan mesothoraks dan metatoraks masing-masing memiliki sepasang sayap.
Pada setiap sisi mesotoraks dan metathoraks terdapat sebuah spirakel.
Protoraks, mesotoraks dan metatoraks masing-masing bagian atasnya terdiri dari notum dan bagian bawahnya disebut sternum.
Notum untuk prothoraks disebut pronotum, dan notum untuk mesothoraks dan metathoraks masing-masing disebut mesonotum dan metanotum.
Pronotum terbagi lagi atas preskutum, skutum, skutelum dan postkutelum, mesonotum dan metanotum masing-masing terbagi atas epimeron dan episternum.





Sayap
Serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan kepemilikan sayap, yaitu kelompok serangga bersayap (Pterygota) dan kelompok serangga tidak bersayap (Apterygota). Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian mesopleuron dan metapleuron. Sayap diperkuat oleh satu deretan rangka-rangka sayap yang bersklerotisasi, yang mengandung syaraf, trakea, dan hemolimf. Permukaan atas dan bawah sayap terbuat dari bahan kitin tipis. Bagian tertentu dari sayap tampak seperti garis-garis tebal yang disebut pembuluh sayap. Bagian sayap yang dikelilingi oleh pembuluh sayap disebut sel.

Tungkai-Tungkai Thoraks
Tungkai serangga terdapat pada prototaks, mesatoraks dan metatoraks yang masing-masing disebut tungkai depan, tungkai tengah dan tungkai belakang.
Tungkai serangga terdiri dari enam ruas yang terdiri dari :

a. Koksa, yang merupakan bagian yang melekat langsung pada thoraks
b. Trokanter, bagian kedua dari ruas tungkai berukuran lebih pendek dari pada koksa dan sebagian bersatu dengan ruas ketiga
c. Femur, merupakan ruas yang terbesar
d. Tibia, ukurannya lebih ramping tetapi hampir sama panjang dengan femur pada bagian ujung tibia biasanya terdapat duri-duri atau taji
e. Tarsus, terdiri dari 1-5 ruas
f. Pretarsus, ruas terakhir dari tungkai, terdiri dari sepasang kuku tarsus dan diantaranya terdapat struktur seperti bantalan yang disebut arolium

• Beberapa tipe tungkai serangga tersusun sebagai berikut :

1. Saltatorial : Tungkai belakang belalalng yang digunakan untuk meloncat, dengan bentuk femur tungkai belakang lebih besar bila dibandingkan dengan femur tungkai depan dan tungkai tengah. Contoh : Valanga nigricornis (belalang)
2. Raptorial : Tungkai depan digunakan untuk menangkap dan memegang mangsa, sehingga ukurannya lebih besar bila dibandingkan dengan tungkai yang lainnya. Contoh : Stagmomantis carolina (belalang sembah)
3. Kursorial : Tungkai ini digunakan untuk berjalan cepat atau berlari. Contoh : Periplaneta australasiae (kecoa)
4. Fosorial : Tungkai depan berubah bentuk sebagai alat penggali tanah. Contoh : Gryllotalpa africana (orong-orong)
5. Natatorial : Tungkai jenis ini terdapat pada serangga air yang berfungsi untuk berenang. Contoh : Hydrophilus triangularis (kumbang air)
6. Korbikulum : Tungkai tipe ini berfungsi untuk mengumpulkan tepung sari. Contoh : Apis cerana (lebah madu)

Dalam praktikum kita menggunakan Belalang kayu ( Valanga nigricornis ) dikarenakan memiliki beberapa alasan yaitu diantaranya:
1. Belalang kayu memiliki bagian tubuh yang sempurna
2. Belalang kayu bagian tubuhnya belum ada modifikasi bagik kepala, toraks, dan abdomen
3. Memudahkan praktikan untuk mengamati setiap bagian-bagian tubuh belalang.
Ledakan belalang terjadi di Indonesia yang mengakibatkan dampak sangat buruk terhadap pertanian tanaman pangan di Indonesia, hal ini terjadi dikarenakan beberapa sebab, Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit tanaman sperti penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi, hama belalang kembara, serta thrips pada cabai. Akhir-akhir ini perubahan iklim seperti peningkatan temperatur yang berkaitan dengan peningkatan kadar CO.

Ledakan belalang terjadi tidak hanya di seluruh bagian daerah yang ada di Indonesia namun di negara lain pun terjadi seperti di Timor Leste, Australia dan lainnya. Belalang jenis ini dapat hidup di area lingkungan yang luas karena mereka dapat beradaptasi dengan kondisi ekologi yang sangat berbeda.
Namun kondisi hidup optimum adalah pada suhu 20-25 derajat celsius dan curah hujan 50-100 milimeter per bulan yang memberikan kelembaban yang cukup. FAO yang merupakan salah satu lembaga yang berada di PBB mengadakan kerjasama dengan negara yang terkena ledakan belelang, salah satunya yaitu dengan Indonesia dan Timor Leste yang berlangsung di Kupang 24-25 November 2009.
FAO telah memberikan bantuan berupa obat pembasmi yakni pestisida, sprayer (alat penyemprot), pelatihan atau training dan peningkatan sumber daya manusia. Bio-pestisida yang digunakan tersebut disemprot dari udara menggunakan helikopter. Hasilnya sangat baik dan dapat membasmi belalang yang menyerang tanaman padi milik petani.
Walaupun demikian keadaan ini mungkin tidak akan bertahan lama karena ada beberapa faktor yang akan kembali meledakkan jumlah belalang. Hal ini akbibat akumulasi pertahanan belalang terhadap obat-obatan, sehingga belalang kebal akan hal tersebut. Sehingga hal ini memacu para peneliti/ilmuan untuk menghasilkan inovasi terbaru agar dapat mengurangi kerugian produksi pada petani produsen akibat hama dan sebagainya.
Karakteristik fisiologi yang mempengaruhi reaksi serangga, biasanya berupa zat – zat kimia yang dihasilklan pada proses metabolism tanaman. Proses metabolism pada tanaman pada umumnya menghasilkan subtansi yang dapat berfungsi sebagai katalis reaksi, membangun jaringan dan mensupply energi. Tanaman membutuhkan ion anorganik dan penghasil enzim, hormone dan karbohidrat, lipid, protein, dan komponen posfat untuk energi transfer. Metabolit primer, mendukung proses pertumbuhan dan reproduksi dari tanaman.
Bagi serangga, beberapa metabolit primer ini dapat berfungsi sebagai feeding stimulants, nutrient, juga zat toksik. Secondary metabolit, bervariasi sekali di antara tanaman dan disebut sebagai zat non esensial dalam metabolit primer. Akan tetapi secondary metabolit dapat pula berfungsi sebagai stimulus bagi serangga.
Hubungan antara stimulus tanaman dan respon serangga merupakan komunikasi kimiawi,zat kimia yang berperan disebut semiochemical yang terdiri dari :
Feromon : yang mendukung komunikasi individu dalam spesies yang sama
Allelochemical : yang mendukung komunikasi individu dalam spesies yang berbeda.
Allomon : zat kimia utk pertahanan, memproduksi respon negatof terhadap serangga dan mengurangi kesempatan untuk kontak serangga dengan inang. Yang termasuk allomon diantaranya, repellent, oviposition dan feeding detterent, dan zat toksik
Kairomon : memberi keuntungan terhadap serangga, mendukung proses penemuan inang, oviposisi, dan feeding. Kairomon terdiri dari : atraktan, arrestant, excitant dan stimulant.
















IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Belalang merupakan serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek.
2. Belalang memiliki tiga bagian tubuh yaitu;
Kepala terdiri dari atena, mata dan mulut
Thorax terdiri dari 3 pasang kaki (prothorax, mesothorax, dan metathorax)
Abdomen terdiri dari alat kelamin
3. Belalang kayu ( Valanga nigricornis ) memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acridoidea
Genus : Valanga
Specific name : nigricornis -
Scientific name : - Valanga nigricornis












DAFTAR PUSTAKA


Agus widada dan S Enceng. Kumpulan Informasi Hama Tanaman.Pustaka Widada Agus. Bogor.2003.
Agus Widada dan S Enceng. Hama Tanaman, Masalah dan Solusinya.Kanisius. Yogyakarta. 2007
http://www.deptan.go.id/setjen/humas/berita/Serangan%20OPT.htm, diakses 11 Februari 2011
http://zipcodezoo.com/Animals/V/Valanga_nigricornis_fumosa/ diakses 11 feb 2011
Ternyata Belalang pun Bisa Jadi Kanibal - www.Whooila.com, dakses 11 Februari 2011

Vivanews.com Posted on 25 November 2009 by erensdh,diakses 11 Februari 2011

www.google.com- Field Guide to Common Western Grasshoppers by Robert E. Pfadt, diakses 11 Februari 2011


























LAMPIRAN