METAMORFOSIS HOLOMETABOLA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)
Oleh
Siti Nuraini
0814023115
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.
Beberapa serangga, amfibi, mollusca, crustacea, echinodermata, dan tunicata mengalami proses metamorfosis, yang biasanya (tapi tidak selalu) disertai perubahan habitat atau kelakuan.
Pada holometabolisme, larva sangat berbeda dengan dewasanya. Serangga yang melakukan holometabolisme melalui fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan akhirnya menjadi dewasa. Holometabolisme juga dikenal dengan metamorfosis sempurna. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva.
Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis. Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ordo yang termasuk kedalam metamorfosis sempurna
2. Mengetahui daur hidup hewan/serangga yang mengalami metamorfosissempurna
II. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat :
1. Luv
2. Cawan sedang
3. Pinset
4. Pena /Pensil
5. Kertas gambar
Bahan :
1. Kupu-kupu
2. Kumbang badak
3. Lebah
B. Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
1. Siapkan alat dan bahan yaitu; jenis-jenis serangga, cawan sedang, luv dan pinset sedang
2. Siapakan alat tulis dan gambar
3. Setelah semuanya disiapkan maka amati seluruh bagian tubuh belalang
4. Gambar bagian yg telah diamati satu per satu guna memdudahkan praktikan menggambar bagian tubuh belalang
5. Gambar bagian tubuh tampak samping.
6. Setelah selesai menggambar beri tanda panah pada setiap bagian yang telah digambar guna memudahkan praktikan dalam mengetahui nama-nama bagian untuk setiap proses daur hidup.
III. PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
• Kumbang Badak
Metamorfosis Kumbang Badak
• Kupu-kupu Ngengat
Telur
Larva
Pupa Imago
• Lebah
Metamorfosis Lebah
Ketarangan
A. Telur
B. Larva
C. Pupa
D. Dan E . Imago
B. Pembahasan
• Metamorfosis Kumbang Badak
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Coleoptera
Upaordo: Polyphaga
Superfamili: Scarabaeoidea
Famili: Scarabaeidae
Upafamili: Dynastinae
Genus: Trypoxylus
Spesies: T. dichotomus
Nama binomial
Trypoxylus dichotomus
(Linnaeus, 1771)
Panjang tubuh jantan 30-54 mm (tidak termasuk tanduk), panjang tubuh betina 30-52 mm. Selain sebuah antena di bagian kepala, imago jantan memiliki satu antena pendek di bagian dada yang sebenarnya adalah sebagian dari eksoskeleton yang mencuat ke luar. Kegunaannya sebagai senjata ketika berkelahi memperebutkan pakan dan betina. Panjang antena bervariasi bergantung besar ukuran tubuh. Keadaan pakan dalam stadium larva mempengaruhi ukuran tubuh stadium dewasa.
Kumbang badak jepang giat di permukaan dahan yang vertikal dari pohon berkayu keras. Ujung cakar pengait dipakai untuk menempel di permukaan kulit kayu. Ketika berkelahi, kumbang ini menggunakan prinsip pengungkit hingga lawan terlontar akibat cakar pengait lawan terlepas dari kulit kayu. Lawan yang kalah tidak berusaha dikejar. Dalam perkelahian kumbang badak jepang tidak ada saling bunuh atau melukai.
Kumbang badak jepang menjalani metamorfosis sempurna: telur, larva, kepompong, dan imago. Larva mengalami tiga instar dan berganti kulit dua kali.
• Metamorfosis Kupu - kupu
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Divisi: Rhopalocera
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Lepidoptera
Suku
Superfamily Hesperioidea:
o Hesperiidae
Superfamily Papilionoidea:
o Papilionidae
o Pieridae
o Nymphalidae
o Lycaenidae
o Riodinidae
Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap).
Secara sederhana, kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan gengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti. (van Mastrigt dan Rosariyanto, 2005).
Kupu-kupu dan ngengat amat banyak jenisnya. Di Jawa dan Bali saja tercatat lebih dari 600 spesies kupu-kupu. Jenis ngengatnya sejauh ini belum pernah dibuatkan daftar lengkapnya, akan tetapi diduga ada ratusan jenis (Whitten dkk., 1999). Kupu-kupu pun menjadi salah satu dari sedikit jenis serangga yang tidak berbahaya bagi manusia.
Metamorfosis pada insekta sering kali diikuti dengan pengerusakan pada jaringan-jaringan pada fase larva digantikan dengan jaringan-jaringan dari sel-sel yang baru yang telah berdiferensiasi. Insekta tumbuh dengan cara molting yaitu pertumbuhan kutikula baru dengan meningkatkan ukuran tubuh. Ada tiga jenis pertumbuhan pada insecta:
1. Ametabola, yaitu tahapan yang tidak melalui tahap larva, contoknya pada ngengat dan kutu loncat.
2. Hemimetabola, yaitu metamorfosis yang melalui tahapan pro-nimpha yang terjadi persis setelah penetasan. Setelah itu, insekta mengalami tahap nimpha. Pada metamorfosis hemimetabola, sayap rudimen, organ genitalia, dan struktur ciri-ciri perkembangan lainnya sudah terbentuk tapi belum sempurna. Namun, organ-organ ini tumbuh dengan sempurna pada akhir molting. Contohnya dapat ditemui pada belalang dan kutu busuk.
3. Holometabola, yaitu metamorfosis yang dimulai dengan tahapn larva setelah penetasan. Larva yang mengalami molting akan tumbuh dan berukuran besar. Tahapan diantara larva yang mengalami molting dinamakan instar. Setelah tahap instar tahapan yang terakhir terbentuk pupa. Selama pembentukan pupa, terjadi proses pembentukan struktur hewan dewasa.
Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/ sari kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran burung, dan tanah basah.
Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan tetapi umumnya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenis-jenis tumbuhan yang tertentu saja. Sehingga kehadiran suatu jenis kupu-kupu di suatu tempat, juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang menjadi inang dari ulatnya.
Hormon yang berpengaruh pada metamorfosis kupu - kupu
Molting dan metamorfosis dikontrol oleh beberapa hormon efektor diantaranya yaitu:
a) Juvennile hormon, disekresikan oleh corpora allata. Sel sekretori corpora allataaktif selama larva molting. Selama hormon juvennil terbentuk hidroksi ekdison menstimulasi molting dan menghasilkan larva instar yang baru.hormon juvennil juga berungsi untuk mencegah perubahan induksi ekdison pada ekspresi gen yang penting saat terjadi metamorfosis
b) 20-hidroxyecdysone, berfungsi untuk menginisiasi dan mengkordinir atau mengatur tiap tahapan molting dan meregulasi perubahan ekspresi gen yang terjadi selama metamorfosis melalui proses ekdisis.
c) Prothoracicotropic (PTIH), proses molting diinisiasi di otak, dimana sel neurosekretori menghasilkan hormon Prothoracicotropic (PTIH) yang merespon neural, hormonal, atau sinyal lingkungan. PTIH adalah hormon peptida yang menstimulasi ekdison dari kelenjar prothoracic.
Metamorfosis Lebah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hymenoptera
Famili: Apidae
Bangsa: Apini
Genus: Apis
Linnaeus, 1758
Spesies
Apis andreniformis
Apis cerana, atau lebah madu timur
Apis dorsata, atau lebah madu raksasa
Apis florea, atau lebah madu kerdil
Apis koschevnikovi, atau lebah asal Kalimantan
Apis mellifera, atau lebah madu barat
Apis nigrocincta, atau lebah madu asli Sulawesi
Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena suka hidup berkelompokm meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua lebah masuk dalam suku/familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika.
Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari malam yang terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari.
Serangga betina memiliki peran penting dalam kelompok serangga ini. Perilaku dari lebah sangat ditentukan oleh perilaku dari lebah betina. Beberapa lebah betina dari spesies tertentu hidup sendiri (soliter) dan sebagian lainnya dikenal memiliki perilaku sosial. Lebah soliter membangun sendiri sarangnya dan mencari makan untuk keturunnya tanpa bantuan lebah lain dan biasanya mati atau meninggalkan sarang pada saat keturunnya belum menjadi lebah dewasa. Kadang kala beberapa spesies lebah soliter memberi makan dan merawat anaknya tanpa memberikan cadangan makanan bagi anaknya, bentuk hubungan seperti ini dikenal dengan istilah subsosial. Sementara pada tahap lebih tinggi, lebah hidup berkelompok dan saling berbagi tugas sesuai dengan bentuk fisik masing-masing.
Setiap kasta lebah mempunyai tugas masing-masing. Lebah ratu hanya satu ekor dalam setiap koloni dan mengawal semua kegiatan lebah betina dan lebah jantan. Komposisi kromosomnya diploid sehingga dapat menghasilkan keturunan. Badannya lebih besar karena sejak masih dalam bentuk larva ia diberi makan royal jelly yang kaya akan khasiat. Tugas utamanya ialah kawin dan bertelur. Lebah ratu yang aktif mampu bertelur kira-kira 2.000 butir sehari. Harapan hidup lebah ratu ialah tiga tahun.
Lebah betina atau lebah pekerja mengumpulkan serbuk sari dan nektar. Madu merupakan produk hasil pengolahan makanan ini dalam tubuhnya dan disimpan dalam sarang lebah untuk makanan, termasuk untuk larva dan pupa. Ada juga lebah betina yang bertugas membersihkan sarang dan menjaga anak-anak lebah. Harapan hidup lebah pekerja ialah tiga bulan atau lebih sedikit. Lebah betina terbentuk tanpa melalui perkawinan ("partenogenesis") dan mandul (steril) karena hanya memiliki satu set kromosom (haploid). Lebah menjalani metamorfosis lengkap ("holometabola") sehingga terdapat empat tahap bentuk kehidupan:
1. telur;
2. larva;
3. pupa (kepompong);
4. imago (lebah dewasa).
Telur yang menetas akan menjadi larva. Pada tahapan ini, lebah pekerja akan memberi larva makanan berupa serbuk sari, nektar, serta madu. Sebagian nektar yang dikumpul oleh lebah pekerja disimpan sebagai madu. Setelah beberapa hari, larva berganti menjadi pupa dan seterusnya menjadi anak lebah.
IV. KESIMPULAN
Dari praktikum dan pembahasan pada praktikum ini maka, dapat disimpulkan bahwa:
1. Yang termasuk kedalam metamorfosis sempurna pada praktikum adalah ordo coleoptera, lepidoptera, dan hymenoptera.
2. Daur hidup pada metamorfosis sempurna secara umum adalah telur larva pupa imago
DAFTAR PUSTAKA
Agus widada dan S Enceng. Kumpulan Informasi Hama Tanaman.Pustaka Widada Agus. Bogor.2003.
Agus Widada dan S Enceng. Hama Tanaman, Masalah dan Solusinya.Kanisius. Yogyakarta. 2007
http://www.gudangmateri.com/2010/07/metamorfosis-dan-metagenesis-hewan.html, diakses pada 25 Februari 2011.
http://www.gudangmateri.com/2010/07/metamorfosis-dan-metagenesis-hewan.html, diakses pada 25 Februari 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Lebah_madu, diakses 25 Februari 2011
http://pandyblogspot.blogspot.com/2011/02/kumbang-badak-jepang.html, diakses pada 25 Februar 2011.
H. van Mastrigt dan E. Rosariyanto. 2005. Buku Panduan Lapangan Kupu-kupu untuk Wilayah Mamberamo sampai Pegunungan Cyclops.
T. Whitten, R.E. Soeriaatmadja, S.A. Affiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Hlm. 258-265.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar