Senin, 28 Maret 2011

METAMORFOSIS PHEUROMETABOLA

METAMORFOSIS PHEUROMETABOLA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)


Oleh :
Siti Nuraini
0814023115




JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011




I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.

Beberapa serangga, amfibi, mollusca, crustacea, echinodermata, dan tunicata mengalami proses metamorfosis, yang biasanya (tapi tidak selalu) disertai perubahan habitat atau kelakuan.
Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas, melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel. Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek = meta (diantara, sekitar, setelah), morphe` ( bentuk), osis (bagian dari), jadi metamorphosis merupakan perubahan bentuk selama perkembangan post-embrionik. Hewan yang mengalami metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah katak, kupu-kupu dan serangga.

Metamorfosis ini tediri atas beberapa jenis yaitu;
1. Metamorfosis tidak sempurna
2. Metamorfosis sempurna
3. Tanpa metamorfosis
4. Metamorfosis bertahap
Selanjutnya pada laporan ini akan lebih menjelaskan tentang metamorfosis pada serangga khususnya untuk metamorfosis tidak sempurna.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adaah:
1. Mengetahui tentang metamorfosis
2. Mengetahui serangga dalam praktikum termasuk kedalam hama apa saja, untuk sebagian besarnya.











II. METODOLOGI

A. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat :
1. Luv
2. Cawan sedang
3. Pinset
4. Pena /Pensil
5. Kertas gambar
Bahan :
1. Capung
2. Kepik hijau
3. Kecoa
4. Belalang sembah
5. Walang sangit
6. Belalang pedang
7. Anjing tanah
8. Kepinding tanah
9. Jangkrik
10. Tonggeret
11. Helopeltis
B. Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
1. Siapkan alat dan bahan yaitu; jenis-jenis serangga, cawan sedang, luv dan pinset sedang
2. Siapakan alat tulis dan gambar
3. Setelah semuanya disiapkan maka amati seluruh bagian tubuh belalang
4. Gambar bagian yg telah diamati satu per satu guna memdudahkan praktikan menggambar bagian tubuh belalang
5. Gambar bagian tubuh tampak samping.
6. Setelah selesai menggambar beri tanda panah pada setiap bagian yang telah digambar guna memudahkan praktikan dalam mengetahui nama-nama bagian tubuh belalang tersebut.










III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Anjing tanah
Neocurtilla hexadactyla
Kecoa

Belalang sembah
Tonggeret



Walang sangit

Kepik hijau


Capung


Heloptis



Belelang pedang


B. Pembahasan
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam").
Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).
Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan. Ordo Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen. Ada beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan penghisap cairan.
Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya. Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan. Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang.
Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu. Ordo Diplura memiliki mata majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan humus. Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk.. Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan.
Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya. Habitatnya adalah di lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah. Beberapa dari jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi tanaman
Metamorfosis pada Serangga
Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya.
suntingMorfologi Serangga
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).
Peran serangga
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll.
Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva atau nimfa, kadang-kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai spesies dewasa. Ada dua macam metamorfosis utama pada serangga, hemimetabolisme dan holometabolisme.


Metamorfosis tidak sempurna pada belalang
Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut larva. Tapi pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies serangga, hanya fase pertama yang disebut larva dan kadang-kadang memiliki nama yang berbeda.
Pada hemimetabolisme, perkembangan larva berlangsung pada fase pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Hemimetabolisme juga dikenal dengan metamorfosis tidak sempurna.
Pada holometabolisme, larva sangat berbeda dengan dewasanya. Serangga yang melakukan holometabolisme melalui fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan akhirnya menjadi dewasa. Holometabolisme juga dikenal dengan metamorfosis sempurna. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis.
Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak sempurna.





• Kecoa
Kecoa atau coro adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri dari 3.500 spesies dalam 6 familia. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi, kecuali di wilayah kutub.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Upakelas: Pterygota

Infrakelas: Neoptera

Superordo: Dictyoptera

Ordo: Blattodea

Di antara spesies yang paling terkenal adalah kecoa Amerika, Periplaneta americana, yang memiliki panjang 3 cm, kecoa Jerman, Blattella germanica, dengan panjang ±1½ cm, dan kecoa Asia, Blattella asahinai, dengan panjang juga sekitar 1½ cm. Kecoa sering dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun hanya sedikit dari ribuan spesies kecoa yang termasuk dalam kategori ini.
Kecoa, termasuk kecoa Asia adalah hama rumahan yang oleh masyarakat dinilai tidak berguna bahkan menjijikkan. Tetapi hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan kecoa Asia (Blattella asahinai) bisa bermanfaat bagi petani kapas untuk digunakan sebagai pengendali biologis terhadap hama perusak.
Petunjuk tersebut merupakan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert S. Pfannenstiel, pakar entomologi pada unit Lembaga Penelitian Pertanian (ARS) Departemen Pertanian Amerika Serikat di Weslaco, Texas. Peneliti tersebut mulai menyadari munculnya pemangsa baru telur-telur serangga Lepidoptera di kebun-kebun kedelai di sekitar Weslaco pada tahun 2006.
Kecoa Asia diketahui telah masuk ke Amerika Serikat tahun 1986 ketika pertama kali ditemukan keberadaannya di Florida. Sejak itu, kecoa Asia menyebar ke berbagai daerah negeri itu termasuk Texas dan daerah perbatasann dengan Meksiko. Selama belasan tahun pertama kehadirannya di Amerika Serikat, kecoa Asia dipandang sebagai hama rumahan yang mengganggu.
Perhatian tentang kemanfaatan kecoa sebagai pengendali biologis terhadap hama serangga mulai berkembang setelah penemuan Pfannenstiel bahwa populasi tinggi kecoa di kebun-kebun kedelai sekitar Weslaco sama sekali tidak menimbulkan kerugian pada tanaman kapas.
Kecoa Asia termasuk hewan nokturnal, yakni aktif pada malam hari. Kegiatan memangsa telur-telur hama serangga lepidoptera berlangsung pada waktu malam. Pada waktu siang, kecoa bersembunyi di sampah dedaunan. Kecoa Asia adalah kerabat dekat kecoa Jerman B. germanica, yang juga hama rumahan penting. Bekerjasama dengan pakar serangga Coby Schal dari Universitas Negara South Carolina, telah dilakukan pula pemetaan penyebaran kecoa Asia di Amerika Serikat.
Potensi kecoa Asia sebagai pemangsa hama yang efektif serangga di kebun kapas sudah diketahui, tetapi penggunaannya di lapang masih menimbulkan dilema. Masalahnya, kecoa Asia yang juga hama rumahan memiliki kemampuan terbang yang kuat sehingga dari kebun bisa memasuki rumah dan tempat tingga di sekitarnya. Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan ARS sedang melakukan penelitian lebih lanjut.

• Anjing Tanah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Orthoptera

Upaordo: Ensifera

Superfamili: Grylloidea

Famili: Gryllotalpidae
Saussure, 1870

Anjing tanah dikenal sebagai serangga berukuran sedang, berwarna coklat terang hingga gelap, memiliki kulit pelindung yang tebal yang hidup di dalam tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah dan berenang. Orang Jawa menyebutnya orong-orong, di tanah Sunda disebut gaang, sementara dalam bahasa Toba disebut singke. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mole cricket, atau "jangkrik tikus mondok". Semua anggotanya termasuk dalam keluarga Gryllotalpidae.
Serangga yang kadang-kadang ditemukan berlari cepat di sudut pekarangan ini dapat pula terbang hingga sejauh 8km dalam musim kawin. Hewan muda memiliki sayap yang pendek. Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi. Pada musim kawin hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun dengan suara yang jauh berbeda.
Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat mengganggu pendengaran. Bila lubang persembunyiannya didekati, ia akan berhenti bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.
Anjing tanah memakan segala, meskipun pada dasarnya ia adalah karnivora. Menunya adalah larva-larva serangga lain atau cacing. Bila kekurangan makanan ia akan memakan akar dan rumput-rumputan. Akibat tindakan yang terakhir ini anjing tanah kadang-kadang digolongkan sebagai hama tanaman. Pemangsanya bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, segung, hingga rubah.
Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makan. Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan, serta lapangan rumput. Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.
Perannya dalam kehidupan manusia tidak terlalu penting. Hewan ini kadang-kadang digolongkan sebagai hama karena perilakunya merusak perakaran atau juga memakannya. Di Asia Timur hewan ini kadang-kadang digoreng dan disantap. Pemelihara burung juga menjadikan orong-orong sebagai bagian pakan hidup. Sekresi yang dihasilkan orong-orong di Cina menjadi bahan pengobatan, dan sekarang mulai diteliti khasiatnya secara farmasi.
Anjing tanah di beberapa tempat berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama juga mengganggu kehidupannya.

• Belalang sembah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Mantodea

Belalang sentadu atau belalang sembah adalah serangga yangn termasuk ke dalam ordo Mantodea. Dalam bahasa Inggris, serangga ini biasa disebut praying mantis karena sikapnya yang seringkali kelihatan seperti sedang berdoa. Kata mantis berasal dari bahasa Yunani "Mantes" yang berarti "nabi" atau "peramal nasib". Banyak sebutan dalam bahasa lokal, seperti congcorang (bahasa Sunda/bahasa Betawi), walang kadung/kèkèk (bahasa Jawa), dan mentadak (bahasa Melayu).
Seekor belalang sentadu betina yang hamil akan menghasilkan massa busa yang besar, yang disebut ootheca (jamak:oothecae). Ootheca ini dapat memuat hingga 300 butir telur, yang semuanya dilindungi dalam kantung busa. Oothecae ini dihasilkan pada musim gugur —dan sesudah itu belalang sentadu dewasa mati— dan menetas dalam waktu hingga lima bulan. Sebagian spesies menetas dalam interval kecil, dan proses penetasan dapat berlangsung hingga lima minggu ketika sebelum larva muncul sepenuhnya.
Belalang betina yang bunting tidak hanya memproduksi oothecae, tetapi juga oothecae yang tidak subur oleh belalang betina yang belum dikawini. Kadang-kadang satu atau dua larva menetas, tetapi hal ini jarang sekali terjadi.
Beberapa spesies, seperti misalnya Brunneria borealis, menghasilkan oothecae melalui partenogenesis.
Dalam keadaan ini, belalang jantan tidak dibutuhkan untuk menghasilkan ootheca yang subur; namun, semua belalang yang dihasilkan dari proses ini adalah betina.
• Tonggoret
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Serangga

Ordo: Hemiptera

Upaordo: Auchenorrhyncha

Infraordo: Cicadomorpha

Superfamili: Cicadoidea
Famili: Cicadidae
Westwood, 1840

Tonggeret adalah sebutan untuk segala jenis serangga dari ordo Hemiptera, subordo Cicadomorpha. Serangga ini mempunyai mata yang kecil dan terpisah jauh di kepalanya dan biasanya juga memiliki sayap yang tembus pandang.
Tonggeret hidup di daerah beriklim sedang hingga tropis dan sangat mudah dikenali di antara serangga lainnya, terutama karena tubuhnya yang besar dan bakat akustiknya yang luar biasa (dan seringkali sangat mudah dikenali).
Di Indonesia, suara tonggeret yang nyaring akan muncul di akhir musim penghujan, saat serangga ini mencapai tahap dewasa, keluar dari bawah permukaan tanah untuk melakukan ritual musim kawin.
Seusai kawin, betina meletakkan telur di tanah, serangga ini mati. Tonggeret kadang-kadang dikira belalang atau lalat besar, meskipun mereka tidak mempunyai pertalian keluarga yang dekat. Tonggeret mempunyai hubungan dekat secara taksonomi dengan wereng dan spittlebugs.
• Walang sangit
Walang sangit ((Leptocorisa oratorius Fabricius, (Hemiptera:Alydidae); syn. Leptocorisa acuta) adalah serangga yang menjadi hama penting pada tanaman budidaya, terutama padi. Hewan ini mudah dikenali dari bentuknya yang memanjang, berukuran sekitar 2cm, berwarna merah dan hitam. Walang sangit adalah anggota ordo Hemiptera.
Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah.
Nama hewan ini menunjukkan bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga dinamakan "sangit").



• Kepik Hijau
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hemiptera
Linnaeus, 1758

Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies. Serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis sempurna.
Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalam Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap serangga anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh.
Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk jaringan dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya. Hemiptera sendiri adalah omnivora yang berarti mereka mengkonsumsi hampir segala jenis makanan mulai dari cairan tumbuhan, biji-bijian, serangga lain, hingga hewan-hewan kecil seperti ikan.
Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong.

Serangga anggota Hemiptera perlu melakukan perkawinan agar betinanya bisa membuahi telurnya dan berkembang biak, namun kutu daun atau afid yang juga merupakan anggota Hemiptera bisa melakukan partenogenesis (melahirkan tanpa kawin) sehingga mereka tetap bisa berkembang biak tanpa harus kawin lebih dulu.
• Capung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Odonata

Upaordo: Epiprocta

Infraordo: Anisoptera
Selys, 1854

Capung atau sibar-sibar dan capung jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn).
Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping.
Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya.
Capung dewasa tidak pernah dianggap sebagai pengganggu atau hama. Capung bahkan membantu petani di sawah karena memburu beberapa macam serangga yang biasa menjadi hama tanaman, seperti ngengat dan walang sangit. Anak-anak di desa sering menangkapi capung untuk pakan burung, atau untuk bermain-main dengannya.




• Kepinding tanah (Scotinophora coarctata / kutu busuk )
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hemiptera

Upaordo: Heteroptera

Infraordo: Cimicomorpha

Superfamili: Cimicoidea

Famili: Cimicidae
Latreille, 1802

Kutu busuk atau bangsat atau kepinding adalah serangga parasit dari keluarga Cimicidae. Kalau kita menyebut kutu busuk, biasanya yang kita maksud adalah spesies yang meminum darah manusia dan hewn berdarah panas lainnya.
Kutu busuk senang tinggal di rumah manusia, khususnya pada tempat tidur. Kutu busuk bisa menggigit korbannya tanpa ketahuan. Serangga parasit ini bisa menimbulkan penyakit ruam-ruam, efek psikologis, dan gejala alergi.
Imago/Serangga Dewasa
a. Warna coklat kehitaman dan bila terganggu berbau khas menyengat
b. Lama bertelur 12-17 hari setelah kawin.
c. Umur imago 4-7 bulan hal ini disebabkan oleh umur inang, makin tua tanaman serangga makin berkembang dengan baik
Telur
a. Bentuk telur lonjong, berwarna merah jambu kehijau-hijauan
b. Letak telur berkelompok pada pangkat rumpun padi
c. Stadium telur 4-7 hari.
Nimfa
a. Warna nimfa coklat kekuningan.
b. Tidak bersayap.
c. Stadium nimfa 20-30 hari.
Dinamika populasi
a. Serangga dewasa mampu hidup dan berkembangbiak selama 2 musim.
b. Waktu musim kemarau serangga dewasa dapat bertahan pada
bongkahan tanah yang berumput.
c. Pada saat cuaca baik dewasa terbang ke pertanaman dalam jumlah besar
(lebih menyukai keadaan basah dan lembab)
d. Serangga dewasa menyukai intensitas cahaya yang tinggi dan mudah
ditangkap pada saat bulan purnama.
e. Tanaman inang : Panicum, jagung Sceleria, Scirphus dan padi liar.
f. Kepinding tanah menyerang pada bagian batang padi.

Pengelolaan
a. Pembajakan tanah segera setelah panen untuk mematikan telur, nimfa dan dewasa yang tinggal pada pangkal padi.
b. Pengeringan lahan sawah untuk menghambat perkembangan.
c. Sanitasi lahan dan lingkungan dari tumbuhan inang rerumputan

Musuh alami
a. Parasitoid telur : Scelionid
b. Predator telur ; Katak dan kadal
c. Predator telur,nimfa dan dewasa adalah kumbang Carabidae

• Jangkrik
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Orthoptera

Upaordo: Ensifera

Superfamili: Grylloidea

Famili: Gryllidae
Bolívar, 1878

Cengkerik atau jangkrik (Gryllidae) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh cengkerik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya.
Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies cengkerik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.
Cengkerik telah dipelihara manusia sejak lama, dan di Asia dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Laga cengkerik adalah sejenis permainan yang populer dan kerap kali melibatkan taruhan. Di Caraguatatuba, Brazil, cengkerik hitam di dalam ruangan dipercaya sebagai tanda datangnya penyakit, cengkerik hijau harapan, dan cengkerik kelabu uang. Dalam komedi, suara cengkerik biasanya digunakan untuk menandakan lawakan yang tidak lucu dan tidak membuat orang tertawa.
• Helopeltis
Hama helopeltis Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama helopeltis juga dapat dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.
Merupakan hama utama pada tanaman perkebunan sehingga keberadaannnya dilapang perlu mendapatkan perhatian yang serius. Siklus hidup nya lebih kurang 24 hari, dan selama hidupnya lima kali mengalami pergantian kulit. Hama ini menimbulkan kesurasakan dengan cara menusuk dan menghisap cairan buah dan menghisap tunas-tunas muda.
Pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, pengendalian secara hayati, dan pengendalian secara kimiawi.
Pengendalian secara mekaniak yaitu menangkap dan menyelubungi buah dengan kantong plastik. Pengendalian secara kultur teknis yaitu, pemupukan secara teratur dan tepat, perlindungan pohon, pemilihan klon unggul dan pemangkasan.





IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan diperoleh keimpulan sebagai berikut:
1. Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.
2. Jenis serangga yang ada dalam praktikum sebagian besar termasuk kedalam tanaman.













DAFTAR PUSTAKA

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3222033.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Belalang_sentadu
http://id.wikipedia.org/wiki/Belalang
http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Serangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Kecoa
http://id.wikipedia.org/wiki/Capung
http://rohadi.wordpress.com/harun-yahya/keajaiban-rancangan-pada-kemampuan-terbang-serangga/perubahan-bentuk-metamorfosis-capung/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepik
http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkerik
http://id.wikipedia.org/wiki/Anjing_tanah
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.sith.itb.ac.id%2Fpublikasi-ia%2FBed-bug-or-kutu-busuk-Cimex.pdf&rct=j&q=kutu%20busuk&ei=dm1kTYW6CM_trQeq3vWlAg&usg=AFQjCNF05GFso4gzGIfMs8tIJ2Y7fPGPUQ&cad=rja
http://hsidhi.wordpress.com/2007/11/21/kutu-busuk-bangsat/
http://omadun.blogspot.com/2009/02/kepinding-tanah-scotinophora-coarctata.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar