Selasa, 22 November 2011

Bondan "Kau Puisi Ku"

You baby kau sosok yang punyai arti
Kau Puisi ketika datang sepi
Saat nikmati indah sunset pantai kuta
Hadirmu jadi pelengkapku di tata surya
Aku butuh dunia.. dan kau
sebagai pendamping ketika ku rasakan galau
Aku butuh cinta.. dan kau
adalah tema saatku rasakan galau

Jumat, 04 November 2011

Gaya Kerudung Cantik & Lucu di Hari Special


Kerudung Gaya Sanggul Ice Cream


1. Terapkan kerudung dasar berwarna putih dengan membentuk sanggul cepol
2. Ambil kerudung segi empat dengan aplikasi soft drink.
bentuk menjadi persegi panjang, ikat di atas kerudung dasar
3. Ambil kerudung segi empat dengan aplikasi ice cream
Bentuk segitiga dengan komposisi yang menonjolkan bagian beraplikasi.

Gaya Kerudung Cantik *Part 1

Agar penampilan di hari raya makin memikat, Anda bisa mengenakan kerudung sebagai padanan busana muslim. Anda bisa bereksperimen gaya dengan mengikuti salah satu tatanan kerudung dari buku 'Kerudung Khazanah Nusantara', karya Tini Sardadi dan Amy Wirabudi berikut ini.

Kamis, 13 Oktober 2011

Perilaku konsumen



MANFAAT IKAN SARDEN UNTUK KESEHATAN

I.                   PENDAHULUAN

1.1  LatarBelakang
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah

Minggu, 09 Oktober 2011


harga nya
* day use Rp. 41.400,-
* night use Rp. 38.650,-
* Panty  Rp. 55.200,-
Airiz for home“Airiz” pembalut kesehatan yang mengandung oksigen dan ion negatif, diproduksi dengan mengunakan teknik “double-cores” : dengan menggabungkan oksigen aktif dan ion secara efektif. Kandungan yang terdapat didalamnya tidak hanya mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya, tetapi juga melindungi bakteri yang berguna untuk menjaga daya tahan tubuh dan keseimbangan bagian intim wanita serta memungkinkan para wanita untuk menciptakan keadaan lingkungan yang lebih sehat, nyaman dan bersih.

Selasa, 19 April 2011

FUNGISIDA

FUNGISIDA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115




JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011




I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Pangan berkaitan dengan cara-cara produksi organik atau non organik hanya apabila pangan tersebut berasal dari sebuah sistem pertanian organik yang menerapkan praktek-praktek manajemen yang bertujuan untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian gulma, hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman serta penggunaan bahan-bahan hayati. Kesuburan tanah dijaga dan ditingkatkan melalui suatu sistem yang mengoptimalkan aktivitas biologis tanah dan keadaan fisik dan mineral tanah yang bertujuan untuk menyediakan suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan tumbuhan dan ternak serta untuk menjaga sumberdaya tanah. Produksi harus berkesinambungan dengan menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai bagian penting dari strategi penyuburan tanah. Manajemen hama dan penyakit dilakukan dengan merangsang adanya hubungan seimbang antara inang/predator,

IDENTIFIKASI GEJALA PENYAKIT TANAMAN

IDENTIFIKASI GEJALA PENYAKIT TANAMAN
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011








I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Fitopatologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan akibat serangan patogen ataupun gangguan ketersediaan hara. Berasal dari gabungan kata bahasa Yunani: phyton berarti tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berati ilmu atau pengetahuan. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu tanaman sakit juga tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi yang normal dan lain-lain

GEJALA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG DAN TOMAT

GEJALA PENYAKIT TANAMAN JAGUNG DAN TOMAT
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)






Oleh
Siti Nuraini
0814023115












JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011










I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Petani jagung harus belajar mengenali gejala pada gambar-gambar dalam brosur
ini – gejala kahat satu atau lebih hara esensial yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman yang sehat untuk memperoleh hasil yang
menguntungkan. Engkau dapat menjadi dokter untuk tanaman jagungmu sendirl.
Melihat kebun secara teratur dan mengidentifikasi gejala dari suatu masalah
merupakan aspek penting dari budidaya tanaman.
Keuntungan optimum dari investasi untuk produksi tergantung dari suplai hara
yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Gejala kahat hara yang timbul
disebabkan karena kebutuhannya tidak terpenuhi. Hendaknya kebun dicek
beberapa kali selama satu musim. Kahat hara yang dapat dideteksi dini dapat
diatasi dengan pemupukan dalam alur di sisi tanaman. Andaikata tidak dapat
diatasi dalam tahun ini, asal diketahui di mana masalah tersebut timbul, maka
sudah merupakan informasi yang sangat berarti untuk perencanaan pemupukan
pada musim berikutnya.
Daun tanaman yang sehat harus berwarna hijau tua. Hal ini menunjukkan bahwa daun tersebut berkadar klorofil tinggi yang sangat dibutuhkan untuk menangkap sinar matahari untuk menghasilkan gula yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suatu cekaman atau kahat hara akan mengubah warna daun dan menurunkan produksi gula.
Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya petani. Dalam praktikum ini kita akan membahas lebih lanjut penyebab penyakit yang terjadi pada tanaman jagung dan tomat.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah
1. Mengetahui klasifikasi ilmiah tanaman jagung dan tomat
2. Mengetahui cara penyebab penyakit pada tamanan jangung dan tomat











II. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Alat :
1. Kertas gambar
2. Pensil/pena gambar
Bahan :
• Tanaman Jagung
• Tanaman Tomat

B. Cara Kerja

Untuk cara kerja praktikum kali ini cukup sederhana
• Siapkan tanaman jagung dan tomat yang terserang penyakit
• Siapkan kertas gambar dan alat tulisnya
• Setelah keduanya siap maka amati satu persatu bahan praktikum tersebut
• Amati dan tulis nama tumbuhan, ejala penyakit, patogen yang menyebabkannya serta tanda-tanda penyakit pada tumbuhan tersebut.



III. PEMBAHSAN

A. Hasil Pengamatan
Tanaman Jagung

Tanaman Tomat

B. Pembahasan
Jagung

Jagung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Monocots

(tidak termasuk) Commelinids

Ordo: Poales

Famili: Poaceae

Genus: Zea

Spesies: Z. mays
Nama binomial Zea mays ssp. mays
L.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.1

Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. 1Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.

1. Wikipedia.org
Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.

Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.
Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Penyakit bulai disebabkan oleh jamur Sclerospora maydis. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, terutama pada tanaman muda yang berumur di bawah 40 hari. Daun yang terserang berubah warna menjadi kuning keputih-putihan dan di bagian bawahnya muncul konidia berwarna putih, berbentuk seperti tepung. Serangan jamur ini akan meningkat pada suhu udara tinggi. Penyakit bulai menyerang jagung mengingat penyakit ini penyebarannya relatif cepat sehingga diperlukan tingkat kewaspadaan sedini mungkin sebelum merajalela pada kawasan tanaman jagung di suatu daerah.
Penyakit bulai disebabkan oleh sejenis cendawan, jika cendawan ini sudah mulai menyerang areal tanaman jagung di suatu daerah selain akibatnya kerugian ekonomi, juga bahayanya menular ke areal jagung lain dalam suatu kawasan tanaman jagung.
Termasuk jenis penyakit yang cara mengatasinya terpaksa harus melibatkan petani lain yakni diperlukan suatu perencanaan tanam serentak dalam suatu kawasan untuk komoditi ini. Biasanya waktu tanam yang terlambat dari areal tanaman jagung di kawasan tersebut dipastikan terkena serangan penyakit ini.
Kerugian akibat serangan ini biasanya dalam bentuk kerugian ekonomi yang harus diderita oleh petani. Biasanya jagung yang terserang sulit sampai mencapai fase berproduksi, bahkan resikonya tanaman mati sebelum fase produksi.
Daunnya yang menguning menyebabkan permukaan daun tidak mampu lagi melakukan fungsi fotosintesa yang merupakan kegiatan penting bagi keberlangsungan untuk melanjutkan menuju fase pertumbuhan berikutnya.
Antisipasi diperlukan dengan melakukan penanaman jagung secepat mungkin, jangan sampai ketinggalan dari penanaman tanaman jagung di sekitarnya atau dapat secara serempak menanam dalam suatu areal atau kawasan luas. Dipilih varietas yang tahan penyakit penyakit bulai




Penyakit Bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P.
spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atas serta keadaan udara lembab.
Gejala penyakit bulai di tanaman jagung diantaranya:
1. Ada bercak berwarna klorotik memanjang searah tulang daun dengan batas yan jelas
2. Adanya tepung berwarna putih pada bercak tersebut (terlihat lebih jelas saat pagi hari)
3. Daun yang terkena bercak menjadi sempit dan kaku
4. Tanaman menjadi terhambat petumbuhannya bahkan bisa tak bertongkol
5. Tanaman muda yang terserang biasanya akan mati (umur tanaman dibawah 1 bulan)
6. Kadang-kadang terbentuk anakan yang banyak, daun menggulung dan terpuntir
Penyakit bulai pada tanaman jagung bisa disebabkan oleh beberapa jamur diantaranya Peronosclerospora maydis, P.philippinensis, P.sorghi, P. sacchari, P.spontanea, P.miscanthi, P. heteropogoni, P.Sclerophthora macrospora, S.raissiae var zeae dan Sclerospora graminicola.
Pengendalian yang perlu dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini antara lain:
1. Tidak menanam jagung didaerah dingin dan lembab
2. Gunakan varietas tahan
3. Penggunaan fungisida berbahan aktif metalaksil
4. Tanam serempak
5. Pergiliran tanaman beda famili
6. Mencabut dan membakar tanaman jagung yang terserang bulai

Tanaman Tomat


Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Eudicots

Ordo: Solanales

Famili: Solanaceae

Genus: Solanum

Spesies: S. lycopersicum

Nama binomial Solanum lycopersicum
L. Sinonim
Lycopersicon lycopersicum
Lycopersicon esculentum 1.

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang. Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith "The Tomato in America", tomat kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai barat Amerika Selatan. Setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol juga kemudian membawa tomat ke Filipina, yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua Asia. Spanyol juga membawa tomat ke Eropa. Tanaman ini tumbuh dengan mudah di wilayah beriklim Mediterania.1
Gejala pertama dari penyakit layu fusarium yang menguning daun yang lebih rendah, sering hanya pada satu sisi tanaman. daun menguning secara berangsur-angsur layu dan mati. Dalam beberapa kasus, keseluruhan pabrik dapat menurun dan mati. Sebuah warna coklat dari sistem (air-melakukan) vaskular dapat dilihat oleh memotong batang terbuka dengan pisau.
Layu Fusarium disebabkan oleh jamur, Fusarium oxys- porum f. f. porum sp. lycopersici yang memasuki tanaman melalui akar dan tumbuh melalui jaringan pembuluh darah.
Menghancurkan sel-sel dari jaringan pembuluh darah, yang menyebabkan kelaparan di
dekat cabang tanaman. layu Fusarium lebih serius jika akar-simpul nematoda hadir, karena akar mereka makan menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap jamur.
Jamur layu fusarium dapat diperkenalkan ke tanah di beberapa cara, seperti angin, air, hewan atau peralatan. Jamur ini menjadi mapan di tanah yang paling mudah dan dapat tetap berada di tanah selama bertahun-tahun

Penyakit tomat-daun
• Awal Blight
dapat mempengaruhi dedaunan, batang dan buah tomat. Gejala: bercak Dark dengan cincin konsentris berkembang pada daun lebih tua terlebih dahulu. Daerah daun sekitarnya mungkin menjadi kuning. Daun yang terkena bisa mati prematur, memperlihatkan buah untuk kudis matahari.
• Gray Daun Daun Spot Spot hanya mempengaruhi daun tomat, dimulai dengan daun tertua. Gejala: Kecil, bintik-bintik hitam yang dapat dilihat pada kedua permukaan atas dan bawah daun. Bintik-bintik membesar dan berubah cokelat keabu-abuan. Akhirnya pusat tempat retak dan rontok. Sekitarnya daun akan menguning dan daun akan kering dan drop, buah produksi dihambat.

• Late Blight Akhir mempengaruhi baik hawar daun dan buah tomat. Akhir Blight adalah penyakit bertanggung jawab atas Kelaparan Kentang Irlandia. Akhir Blight menyebar dengan cepat. Dingin, cuaca basah mendorong pengembangan jamur. Jika Anda mencurigai Anda memiliki Late Blight, Gejala: Berminyak mencari, tidak teratur berbentuk bintik-bintik abu-abu muncul pada daun. Sebuah cincin jamur putih bisa berkembang sekitar tempat, terutama dalam cuaca hujan. Bintik-bintik akhirnya berubah kering dan tipis. Daerah menghitam mungkin muncul di batang. Buah juga mengembangkan besar, berbentuk tidak teratur, bercak abu-abu berminyak.

Agen penyabab penyakit tanaman dapat berupa agen biologi dan agen abiotik.
1. Agen Biologi
Agen biologi adalah organisme patogen, terutama dari golongan bakteri, jamur, virus, benalu, dan cacing nematoda. Organisme patogen menimbulkan penyakit dengan cara sebagai berikut.
a. Menyerap zat makanan atau isi sel secara terus menerus sehingga tumbuhan inang menjadi lemah. Contohnya bakteri, benalu, nemadota dan virus.
1.Wikipedia.org

b. Membunuh atau merusak aktivitas metabolisme sel inang dengan cara mengeluarkan zat, seperti enzim atau zat racun (toksin) ke dalam sel inang. Contohnya jamur penyebab gosong pada biji jagung.
c. Mengganggu transportasi zat makanan, mineral, dan air pada pembuluh angkut inangnya. Contohnya jamur penyebab layu daun pada tomat (Fusarium axysporum).
d.Menghalangi proses fotosintesis.

2. Agen Abiotik
Agen abiotik meliputi bermacam-macam faktor, seperti iklim, tanah, zat racun yang terserap, dan api
















IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kalsifikasi tanaman jagung dan tomat sebagai berikut
Jagung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Monocots

(tidak termasuk) Commelinids

Ordo: Poales

Famili: Poaceae

Genus: Zea

Spesies: Z. mays
Nama binomial Zea mays ssp. mays
L.



Tomat
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Eudicots

Ordo: Solanales

Famili: Solanaceae

Genus: Solanum

Spesies: S. lycopersicum

Nama binomial Solanum lycopersicum
L. Sinonim
Lycopersicon lycopersicum
Lycopersicon esculentum 1.

2. Penyebab penyakit bulai pada jagung adalah jamur Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. Pada tomat adalah jamur, Fusarium oxys- porum f. f. porum sp. Lycopersici.









DAFTAR PUSTAKA


Djafaruddin.2008.Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman.Bumi Aksara:Jakarta.
http://blogiologi.blogspot.com/2011/03/agen-penyebab-penyakit-tanaman.html, diakses pada 3 April 2011
http://www.sinartani.com/proteksi/awas-si-bulai-mengancam-jagung-anda-1243222815.htm, diakses pada 3 April 2011
http://www.puslittan.bogor.net/, diakses pada 3 April 2011
http://www.gerbangpertanian.com/2010/06/mengendalikan-penyakit-bulai-pada.html, diakses pada 3 April 2011
Pracaya.2007.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya:Jakarta

















LAMPIRAN

GEJALA PENYAKIT TANAMAN

GEJALA PENYAKIT TANAMAN
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011






I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan mahluk di dunia ini selalu tergantung dari dunia tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung. Tumbuhan dapat memanfaatkan sumber energi matahari dan mengolahnya bersama, zat-zat lainnya menjadi zat makanan yang sangat berguna untuk mahluk hidup. Selain tumbuhan dapat menghasilkan bahan pangan bagi rnanusia dan mahluk lainnya, juga melengkapi keperluan hidup kita dengan bahan sandang dan papan serta bahan untuk keperluan hidup lainnya.
Secara tidak langsung tumbuhan berguna untuk mengatur tata air dalam tanah dan mempertahankan kesuburan tanah terhadap bahaya erosi. Selain itu sebagai akibat proses asimilasi maka tumbuhan dapat mengisi kekurangan atmosfir akan zat oksigen.
Dengan demikian dapat dipahami akan ketergantungan kehidupan kita akan tumbuhan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan sudah makin terbatasnya areal yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yang berguna, maka dunia kita menghadapi berbagai kesulitan untuk memenuhi keperluan hidup dan memberi kesejahteraan penduduk dunia.


B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud patogen, gejala pada tumbuhan
2. Untuk mengetahui janis jamur apa saja yang menyerang tanaman yang digunakan pada praktikum.

















II. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Alat :
1. Kertas gambar
2. Pensil/pena gambar
Bahan :
• Buah Kakao
• Daun Pisang
• Daun kopi
• Daun kelengkeng







B. Cara Kerja

Untuk cara kerja praktikum kali ini cukup sederhana
• Siapkan buah kakao, daun pisang, daun kelengkeng dan daun kopi yang akan diamati
• Siapkan kertas gambar dan alat tulisnya
• Setelah keduanya siap maka amati satu persatu bahan praktikum tersebut
• Amati dan tulis nama tumbuhan, ejala penyakit, patogen yang menyebabkannya serta tanda-tanda penyakit pada tumbuhan tersebut.













III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil Pengamatan
Buah Kakao terinfeksi dari luar jaringan Buah Kakao terinfeksi dari dalam jaringan

Daun kelengkeng mengalami Nekrosis Mengalami Nekrosis pada sedikir bagian daunnya
Karat Daun Kopi tampak bagian depan Karat Daun Kopi tampak Belakang

Blac Sigatoka
Freckle ( Freckless)

Freckle
Yellow sigatoka







B. Pembahasan
Pada tahun seribuan di Eropa timbul penyakit pada manusia yang banyak menyebabkan kematian. Penyakit itu disebut Ergotisme. Penyakit ini ternyata disebabkan karena penderita memakan roti yang terbuat dari tepung rogge atau rye (Secale coreale), yang terserang oleh jamur Clavicopes purpurea. Jamur ini menghasilkan racun pada tepung yang tidak rusak meskipun sudah dimasak menjadi roti, hingga masih tetap menyebabkan kematian bagi manusia yang memakannya.

Pada tahun 1845 timbul penyakit pada kentang yang disebut bercak daun (late blight) yang disebabkan oleh jamur Phytophtora infestans di Eropa dan Amerika. Penyakit ini di Irlandia selama tahun 1845-1860 menyebabkan bahaya kelaparan dan kematian sebanyak satu juta penduduk yang meliputi 1/8 dari seluruh jumlah penduduk negara tersebut sedang yang 1,5 juta terpaksa mengadakan emigrasi ke negara lain.

Pada tahun 1880 timbul penyakit pada kopi yang disebut penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Homileia vastatrix. Jamur ini memusnahkan kopi jenis Arabica yang juga dikenal sebagai kopi Jawa. Untuk mengatasi penyakit ini perkebunan kopi di Philipina diganti menjadi kebun kelapa sedang di Srilangka diganti menjadi perkebunan teh. Di Indonesia perkebunan kopi tetap dipertahankan, sebagai ganti jenis Arabica mula-mula ditanam kopi Liberica, tetapi jenis ini hancur juga lalu diganti dengan jenis Robusta.
Jenis yang terakhir ini meskipun mutu bijinya lebih rendah tapi produksinya lebih tinggi sehingga nilai ekonominya hampir sama saja. Sekarang ini jenis kopi Arabica hanya terdapat di daerah yang tinggi saja seperti di Ijen dan Toraja. Sekarang dicoba menanam hibrida antara kopi Arabica dengan Robusta untuk menaikkan mutu biji dan mempertahankan produksi, yang disebut kopi jenis Arabusta, tetapi usaha ini banyak mengalami kesukaran.

Pada permulaan abad 19 timbul penyakit pada tebu yang disebut penyakit sereh oleh virus Nanus sachori. Sebelum dapat diketahui dengan pasti patogen ini sempat menjadi teka-teki antara penyakit fisiologis dan penyakit parasiter. Penyakit ini pertama-tama diatasi dengan menanam bibit yang berasal dari pegunungan yang dikenal dengan tebu import. Tetapi cara ini banyak mengalami kesukaran hingga perkebunan tebu hampir saja gulung tikar. Untuk mengatasi bahaya yang gawat ini pemerintah mendirikan tiga kali balai penelitian tebu, yang akhirnya balai penelitian yang ada di Pasuruan menemukan jenis tanah yang terkenal dengan nama POJ (Proefstation Ost Java). POJ ini merupakan hasil persilangan antara tebu (Sacharum offisinarum) dengan glagah (Sacharum spontaneum). Hibrida inilah yang menyelamatkan perkebunan tebu itu.

Pada tahun 1850-an timbul penyakit pada padi yang disebut penyakit mentek yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini menyerang ribuan hektar sawah dan menimbulkan kerugian ribuan ton, tetapi akhirnya ditemukan jenis yang tahan. Penyakit tersebut sekarang diduga sama dengan penyakit tungro yang disebabkan oleh virus.

Pada abad terakhir ini timbul penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang disebabkan oleh makhluk semacam bakteri. Penyakit ini sangat merugikan karena selain memperkecil ukuran buah jeruk juga mengurangi jumlahnya, bahkan akhirnya dapat mematikan tanaman jeruk. Penyakit ini belum dapat diatasi dengan cara apapun. Salah satu usaha untuk memperpanjang umur ekonomi adalah dengan cara infus menggunakan antibiotika Oxy tetracicline, sebab cara eradikasi tidak dapat dilaksanakan di Indonesia ini.

Beberapa tahun terakhir ini timbul penyakit cacar daun cengkeh (CDC) yang disebabkan oleh jamur Phylosticta sp. Di Lampung meskipun baru beberapa tahun boleh dikata hampir memusnahkan perkebunan cengkeh di sana. Dalam tahun 1982/1983 saja di propinsi tersebut menghabiskan biaya pengendalian sebesar 9 milyar rupiah. Penyakit ini sudah terdapat di propinsi-propinsi yang lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan lain-lain.

Ilmu Penyakit Tumbuhan adalh ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah panen.
Patogen (Bahasa Yunani: παθογένεια, "penyebab penderitaan") adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua kerajaan biologi.
Umumnya, hanya organisme yang sangat patogen yang dapat menyebabkan penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan penyakit. Patogen oportunis adalah patogen yang jarang menyebabkan penyakit pada orang-orang yang memiliki imunokompetensi (immunocompetent) namun dapat menyebabkan penyakit/infeksi yang serius pada orang yang tidak memiliki imunokompetensi (immunocompromised). Patogen oportunis ini umumnya adalah anggota dari flora normal pada tubuh. Istilah oportunis sendiri merujuk kepada kemampuan dari suatu organisme untuk mengambil kesempatan yang diberikan oleh penurunan sistem pertahanan inang untuk menimbulkan penyakit.
Pada umumnya semua patogen pernah berada di luar sel tubuh dengan rentang waktu tertentu (ekstraselular) saat mereka terpapar oleh mekanisme antibodi, namun saat patogen memasuki fasa intraselular yang tidak terjangkau oleh antibodi, sel T akan memainkan perannya.
Virulensi
Virulensi adalah derajat tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya organisme yang diperlukan unuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu tertentu. Virulensi berkaitan erat dengan infeksi dan penyakit: infeksi merujuk pada suatu situasi di mana suatu mikroorganisme telah menetap dan tumbuh pada suatu inang, dalam hal ini mikrorganisme tersebut dapat melukai atau tidak melukai inangnya; sementara penyakit adalah kerusakan atau cidera pada inang yang mengganggu fungsi tubuh inang. Sebagai contoh, dosis letal 50%/ 50%lethal dose (LD50) adalah jumlah organisme yang diperlukan untuk membunuh setengah dari jumlah inang yang diserang. Sementara dosis infeksius 50%/ 50%infectious dose (ID50) adalah jumlah organisme patogen yang dibutuhkan untuk menginfeksi 50% dari total inang yang diserang. ID50 dari tiap organisme berbeda-beda, sebagai contoh, Shigella memiliki ID50 kurang dari 100 organisme sementara Salmonella memiliki ID50 sekitar 100.000 organisme. Dosis infeksius dari suatu organisme tergantung dari faktor virulensi mereka.
Faktor Virulensi Bakteri
1. Transmisibilitas: Tahap pertama dari proses infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam inang melalui satu atau beberapa jalur: pernapasan, pencernaan (gastrointestinal), urogenitalia, atau kulit yang telah terluka. setelah masuk, patogen harus melalui brmacam-macam sistem pertahanan tubuh sebelum dapat hidup dan berkembangbiak di dalam inangnya. Contoh sistem pertahanan inang meliputi kondisi asam pada perut dan saluran urogenitalia, fagositosis oleh sel darah putih, dan bermacam-macam enzim hidroitik dan proteolitik yang dapat ditemukan di kelenjar saliva, perut, dan usus halus. Bakteri yang memiliki kapsul polisakarida di bagian luarnya seperti Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis memiliki kesempatan lebih besar untuk bertahan hidup.
2. Pelekatan: Beberapa bakteri seperti Escherichia coli menggunakan en:pili untuk melekat pada permukaan sel inang mereka. Bakteri lain memilki molekul adhesi/pelekatan pada permukaan sel mereka atau dinding sel yang hidrofobik seingga mereka dapat menempel pada membran sel inang. Pelekatan meningkatkan virulensi dengan cara mencegah bakteri terbawa oleh mukus atau organ karena aliran cairan seperti pada saluran urin dan pencernaan.

3. Kemampuan invasif: bakteri invasif adalah bakteri yanf dapat masuk ke dalam sel inang atau menembus permukaan kelenjar mukus sehingga menyebar dari titik awal infeksi.[4] Kemampuan invasif didukung oleh adanya enzim yang mendegradasi matriks ektraseluler seperti kolagenase.
4. Toksin bakteri: Beberapa bakteri memproduksi toksin atau racun yang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: endotoksin dan eksotoksin. Eksotoksin adalh protein yang disekresikan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Di sisi lain, endotoksin adalah lipopolisakarida yang tidak disekresikan melainkan terdapat pada dinding sel bakteri gram negatif.
Klasifikasi
Klasifikasi patogen terbagi menjadi: Virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing.
Virus
Virus adalah parasit yang bukan merupakan mahluk hidup namun memiliki materi genetik berupa asam nukleat (DNA/RNA) yang membutuhkan keberadaan sel prokariot atau eukariot yang hidup untuk melakukan replikasi atau perbanyakan dari asam nukleat tersebut. Virus dapat menginfeksi binatang, manusia, tanaman, fungi, bakteri, protozoa, serangga dan hampir semua jenis mahluk hidup. Contoh virus yang menyerang bakteri adalah en:bacteriophage yang menyerang Escherichia coli. Sementara pada manusia contohnya adalah en:Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan penyakit en:Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) .

Bakteri
Bakteri yang termasuk dalam organisme prokariot selain memiliki kegunaan, juga menimbulkan keuntungan karena merupakan patogen yang umum pada mahluk hidup seperti manusia. Contohnya adalah bakteri patogen oportunis Pseudomonas aeruginosa yang dapat menginfeksi paru-paru sehingga dapat menimbulkan kematian. Selain P. aeruginosa bakteri patogen lain yang populer adalah Staphylococcus aureus yang adalah Mikroflora normal manusia pada permukaan kulit, mulut, dan hidung, namun pada saat sistem imun menurun, S. aureus akan bersifat patogen dan dapat menimbulkan penyakit seperti penggumpalan darah.
Fungi
Fungi adalah organisme prokariot yang termasuk dalam kingdom protista dengan sekitar 75.000 spesies yang sudah diidentifikasi. Fungi dapat menjadi parasit pada manusia contohnya seperti Candida albicans yang adalah fungi patogen oportunis yang dapat menyebabkan infeksi pada hampir semua bagian dari tubuh manusia dan dapat menyebabkan kematian C. albicans seringkali menyerang rongga mulut ataupun vagina, namun sewaktu sistem imun inang sedang baik, C. albicans tidak akan menimbulkan infeksi dan hidup secara normal pada rongga mulut manusia misalnya.
Protozoa
Protozoa adalah gup organisme bersel satu yang sangat bervariasi dengan lebih dari 50.000 jenis. Banyak yang berukuran kurang dari 1/200 mm tapi beberapa dapat mencapai 3 mm seperti ''Spirostomun''. Banyak yang hidup secara soliter (sendiri), ada yang secara berkoloni. Pada manusia, protozoa merupakan salah satu patogen dan dapat menyebabkan penyakit seperti malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
Protozoa ini ditularkan dari manusia yang satu ke manusia yang lain dengan perantaraan nyamuk betina dari genus anopheles. Terdapat ratusan juta kasus dari penyakit malaria pertahun dengan tingkat kematian yang tinggi pada negara-negara miskin.
Cacing
Cacing dalam usus merupakan salah satu patogen manusia yang paling umum. Cacing gelang Ascaris lumbricoides diperkirakan menginfeksi 1.472 juta manusia di seluruh dunia. Walau jarang membahayakan nyawa, parasit ini merupakan penyebab utama morbiditas pada negara-negara berkembang. Infeksi berat dapat menyebabkan gangguan usus dan gangguan pertumbuhan.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Di samping itu untuk mempelajari Ilmu Penyakit Tumbuhan perlu diketahui beberapa istilah dan definisi yang penting.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.
Di dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) sebelum seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit. Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik.
Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :
a. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
b. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
C. Tipe Nekrotis meliputi :
1. Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel.
2. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau.
3. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya.
4. Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak nekrotis.
5. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering.
6. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua yaitu :
- Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah.
- Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan tanah.
7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu :
- Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan.
- Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan.
- Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.
8. Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya.
9. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu.
10. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang.
11. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak.
D. TIPE HIPOPASTIS meliputi
1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya.
2. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya.
3. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.
E. TIPE HIPERPLASTIS meliputi
1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu.
2. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral.
3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).
4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi.
5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian.
6. Pembentukan alat yang luar biasa :
a. Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil.
b. Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun.
7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam).
8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.
9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas.
10. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru.
11. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.
Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :
a. Fitosesidia (phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan.
b. Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang.
























IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Patogen (Bahasa Yunani: παθογένεια, "penyebab penderitaan") adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua kerajaan biologi.

2. Jamur yang ada pada praktikum kali ini adalah Mycosphaerella musicola, Mycosphaerella fijinensis, Gurgnardia musae, Hemileia Vetotrik, Gleosporium sp, dan Phytoptera palmivora









DAFTAR PUSTAKA
Djafaruddin.2008.Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman.Bumi Aksara:Jakarta.
hhtp://www.wikipedia.org/penyakit, diakses tanggal 11 Maret 2011
http://www.wikipedia.org/patogen, diakses tanggal 11 Maret 2011
Pracaya.2007.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya:Jakarta.











LAMPIRAN

Senin, 28 Maret 2011

PESTISIDA

PESTISIDA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011





I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk memenuhi kebutuhan makanan penduduk yang meningkat dari waktu ke waktu terutama di negara berkembang, upaya produksi pangan sering menghadapi kendala serangan hama yang menyebabkan gagal panen atau minimal hasil panen berkurang. Salah satu cara yang terbukti meningkatkan produksi hasil tanaman pangan adalah penggunaan pestisida, namum di sisi lain karena pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida berlebihan dapat menjadi pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup. Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan melalui berbagai siklus, langsung atau tidak langsung, dapat sampai ke manusia, terhirup melalui pernafasan, dan masuk ke saluran pen-cernaan bersama makanan dan air minum [1-3]. 1

Pestisida atau bahan pembasmi serangga kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik dan hati-hati.

1. sumber Sudana Atmawidjaja, dkk. Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004 - 73


Pestisida yang biasa kita dapat di pasar adalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi kesehatan. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata.

Dalam laporan laporan praktikum ini akan dibahas lebih jauh apa sebenarnya pestisida, insektisida serta hal-hal yang terkait didalamnya.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya pestisida
2. Untuk mengatahui jenis-jenis pestisida






























II. METODOLOGI PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Alat :
1. Kertas gambar
2. Pensil/pena gambar
Bahan :
• Jenis-jenis Pestisida



B. Cara Kerja

Untuk cara kerja praktikum kali ini cukup sederhana
• Siapkan jenis-jenis pestisida yang akan diamati
• Siapkan kertas gambar dan alat tulisnya
• Setelah keduanya siap maka amati satu persatu jenis pestisida tersebut
• Tulis nama, bahan aktif dan sebagainya pada pestisida atau pelabelan pada pestisida











III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan


B. Pembahasan
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". 2
Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan-serangga, jamur, bakteri, virus dan hama lainnya seperti tikus, bekicot, dan nematoda (cacing).

2.Wikipedia-org
Walaupun demikian, istilah pestisida tidak hanya dimaksudkan untuk racun pemberantas hama tanaman dan hasil pertanian, tetapi juga racun untuk memberantas binatang atau serangga dalam rumah, perkantoran atau gudang, serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk.
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. menurut depkes riau kejadian keracunan tidak bisa di tanggulangi lagi sebab para petani sebagian besar menggunakan pestisida kimia yang sangat buruk bagi kesehatan mereka lebih memilih pestisida kimia dari pada pestisida botani (buatan) kejadian keracunan pun sangat meningkat di provinsi tersebut.
Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut beberapa:
A. Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu:
• Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.


• Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
• Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
• Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan.
• Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
• Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.


B.Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
• Pestisida organik (Organic pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal : neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem).
• Pestisida elemen (Elemental pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.
• Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide) : pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.
C.Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
• Pestisida sistemik (Systemic Pesticide) :
adalah pestisida yang diserap dan dialirkan keseluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama.
Contoh : Neem oil.
• Pestisida kontak langsung (Contact pesticide) : adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini.
Contoh : Sebagian besar pestisida kimia.

Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya :
a. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).

b. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.

c. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada mahluk hidup dan lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku utamanya

• Mengurangi residu
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara lain dengan mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel kembali ke sayuran.
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan residu sebanyak 70 persen untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50 persen untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.

Selain pencucian, perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida pada sayuran.
• Menggunakan Prosedur Pelaksanaan Pengamanan Pestisida
Agar senyawa pestisida aman digunakan dan tidak terlalu menimbulkan efek keracunan pada pemakai, maka pemerintah dan formulator telah menetapkan dan memberi petunjuk sebagai pedoman umum dalam penanganan senyawa kimia berbahaya. Mulai dari pemilihan jenis pestisida, tata cara penyimpanan, penakaran, pengenceram, pencampuran sampai kepada prosedur kebersihannya.

• Penggunaan Pestisida Alami
Pestisida alami itu adalah bahan-bahan yang berasal dari alam. Ia memanfaatkan jenis tumbuhan yang memiliki kelebihan mengusir hama, penyakit, dan binatang,Pestisida alam ini dikenal juga dengan pestisida nabati. Merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.

Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu (sisa-sisa zat) mudah hilang.
Di Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis tanaman, dimana zat yang terkandung di masing-masing tanaman memiliki fungsi berbeda ketika berperan sebagai pestisida. Dalam fisiologi tanaman, ada beberapa jenis tanaman yang berpotensi jadi bahan pestisida.
Kelompok Tanaman yaitu;
1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati. Merupakan kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya diyakini bisa menanggulangi serangan serangga.
2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat. Di dalam tumbuhan ini ada suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina dan bertugas menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Tumbuhan yang bisa diambil manfaatnya, daun wangi (kemangi), dan selasih.
3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, kelompok tumbuhan yang menghasilkan
pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi jadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid. Sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah gadung racun.
4. Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida. Diantaranya daun sembung dan akar tuba.
5. Satu lagi, kelompok tumbuhan pestisida serba guna, dimana kelebihan kelompok ini tak hanya berfungsi untuk satu jenis. Misalnya insektisida saja, tapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, dan nematisida. Tumbuhan yang bisa dimanfaatkan dari kelompok ini, yaitu jambu mete, lada, tembakau, dan cengkeh.

Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita akan berbagai mineral dan vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini. Ada baiknya memang kalau kita tahu dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun. Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk. Selain itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida).
Biopestisida tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat dan lalat hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas serangga.
Menurut data kesehatan pekan baru tahun 2007 ada 446 orang meninggal akibat keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan saat menggunakan pestisida, karena petani kurang tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil penilitian Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. dari Sumatera Barat tahun 2005 mengatakan penyebab keracunan pestisida di Riau akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang peda dasarnya para petani hanya 20% petani yang menggunakan APD (alat pelindung diri), 60% patani tidak tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan setelah manggunakan pestisida timbul gejala pada tubuh ( mual,sakit tenggorokan, gatal - gatal, pandangan kabur, Dll.)dan sekitar 20% petani tersebut tidak tau sama sekali tentang bahaya pestisida terhadap kesehatan, juga semakin rendah tingkat pendidikan petani semakin besar risiko terpajan penyakit akibat pestisida.
Oleh karena itu, adalah hal yang bijak jika kita melakukan usaha pencegahan sebelum pencemaran dan keracunan pestisida mengenai diri kita atau makhluk yang berguna lainnya. Usaha atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah :
1. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
2. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
3. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh.
4. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.
5. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
6. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.
7. Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida.





















IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum dan hasil pembahasan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu.

2. Jenis pestisida berupa: insektisida (serangga), fungisida (fungi/jamur), rodentisida (hewan pengerat/Rodentia), herbisida (gulma), akarisida (tungau), bakterisida (bakteri).










DAFTAR PUSTAKA


Atmawidjaja Sudana,dkk.2004.Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Residu Pestisida Metidation pada Tomat. Bandung: IPB
Djafaruddin.2008.Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman.Bumi Aksara:Jakarta.
hhtp://www.wikipedia.org/pestisida, diakses tanggal 11 Maret 2011
http://www.wikipedia.org/perlindungan-diri, diakses tanggal 11 Maret 2011
Pracaya.2007.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya:Jakarta.

METAMORFOSIS HOLOMETABOLA

METAMORFOSIS HOLOMETABOLA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011













A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat :
1. Luv
2. Cawan sedang
3. Pinset
4. Pena /Pensil
5. Kertas gambar
Bahan :
1. Kupu-kupu
2. Kumbang badak
3. Lebah




B. Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
1. Siapkan alat dan bahan yaitu; jenis-jenis serangga, cawan sedang, luv dan pinset sedang
2. Siapakan alat tulis dan gambar
3. Setelah semuanya disiapkan maka amati seluruh bagian tubuh belalang
4. Gambar bagian yg telah diamati satu per satu guna memdudahkan praktikan menggambar bagian tubuh belalang
5. Gambar bagian tubuh tampak samping.
6. Setelah selesai menggambar beri tanda panah pada setiap bagian yang telah digambar guna memudahkan praktikan dalam mengetahui nama-nama bagian untuk setiap proses daur hidup.

METAMORFOSIS HOLOMETABOLA

METAMORFOSIS HOLOMETABOLA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh
Siti Nuraini
0814023115





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011





I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.
Beberapa serangga, amfibi, mollusca, crustacea, echinodermata, dan tunicata mengalami proses metamorfosis, yang biasanya (tapi tidak selalu) disertai perubahan habitat atau kelakuan.
Pada holometabolisme, larva sangat berbeda dengan dewasanya. Serangga yang melakukan holometabolisme melalui fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan akhirnya menjadi dewasa. Holometabolisme juga dikenal dengan metamorfosis sempurna. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva.

Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis. Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ordo yang termasuk kedalam metamorfosis sempurna
2. Mengetahui daur hidup hewan/serangga yang mengalami metamorfosissempurna






















II. METODOLOGI


A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat :
1. Luv
2. Cawan sedang
3. Pinset
4. Pena /Pensil
5. Kertas gambar
Bahan :
1. Kupu-kupu
2. Kumbang badak
3. Lebah




B. Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
1. Siapkan alat dan bahan yaitu; jenis-jenis serangga, cawan sedang, luv dan pinset sedang
2. Siapakan alat tulis dan gambar
3. Setelah semuanya disiapkan maka amati seluruh bagian tubuh belalang
4. Gambar bagian yg telah diamati satu per satu guna memdudahkan praktikan menggambar bagian tubuh belalang
5. Gambar bagian tubuh tampak samping.
6. Setelah selesai menggambar beri tanda panah pada setiap bagian yang telah digambar guna memudahkan praktikan dalam mengetahui nama-nama bagian untuk setiap proses daur hidup.



















III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
• Kumbang Badak


Metamorfosis Kumbang Badak



• Kupu-kupu Ngengat




Telur
Larva
Pupa Imago


• Lebah

Metamorfosis Lebah

Ketarangan
A. Telur
B. Larva
C. Pupa
D. Dan E . Imago




B. Pembahasan
• Metamorfosis Kumbang Badak
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Coleoptera

Upaordo: Polyphaga

Superfamili: Scarabaeoidea

Famili: Scarabaeidae

Upafamili: Dynastinae

Genus: Trypoxylus
Spesies: T. dichotomus

Nama binomial

Trypoxylus dichotomus
(Linnaeus, 1771)



Panjang tubuh jantan 30-54 mm (tidak termasuk tanduk), panjang tubuh betina 30-52 mm. Selain sebuah antena di bagian kepala, imago jantan memiliki satu antena pendek di bagian dada yang sebenarnya adalah sebagian dari eksoskeleton yang mencuat ke luar. Kegunaannya sebagai senjata ketika berkelahi memperebutkan pakan dan betina. Panjang antena bervariasi bergantung besar ukuran tubuh. Keadaan pakan dalam stadium larva mempengaruhi ukuran tubuh stadium dewasa.

Kumbang badak jepang giat di permukaan dahan yang vertikal dari pohon berkayu keras. Ujung cakar pengait dipakai untuk menempel di permukaan kulit kayu. Ketika berkelahi, kumbang ini menggunakan prinsip pengungkit hingga lawan terlontar akibat cakar pengait lawan terlepas dari kulit kayu. Lawan yang kalah tidak berusaha dikejar. Dalam perkelahian kumbang badak jepang tidak ada saling bunuh atau melukai.
Kumbang badak jepang menjalani metamorfosis sempurna: telur, larva, kepompong, dan imago. Larva mengalami tiga instar dan berganti kulit dua kali.






• Metamorfosis Kupu - kupu
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Divisi: Rhopalocera

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Lepidoptera

Suku
Superfamily Hesperioidea:
o Hesperiidae
Superfamily Papilionoidea:
o Papilionidae
o Pieridae
o Nymphalidae
o Lycaenidae
o Riodinidae


Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap).
Secara sederhana, kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan gengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti. (van Mastrigt dan Rosariyanto, 2005).
Kupu-kupu dan ngengat amat banyak jenisnya. Di Jawa dan Bali saja tercatat lebih dari 600 spesies kupu-kupu. Jenis ngengatnya sejauh ini belum pernah dibuatkan daftar lengkapnya, akan tetapi diduga ada ratusan jenis (Whitten dkk., 1999). Kupu-kupu pun menjadi salah satu dari sedikit jenis serangga yang tidak berbahaya bagi manusia.
Metamorfosis pada insekta sering kali diikuti dengan pengerusakan pada jaringan-jaringan pada fase larva digantikan dengan jaringan-jaringan dari sel-sel yang baru yang telah berdiferensiasi. Insekta tumbuh dengan cara molting yaitu pertumbuhan kutikula baru dengan meningkatkan ukuran tubuh. Ada tiga jenis pertumbuhan pada insecta:
1. Ametabola, yaitu tahapan yang tidak melalui tahap larva, contoknya pada ngengat dan kutu loncat.
2. Hemimetabola, yaitu metamorfosis yang melalui tahapan pro-nimpha yang terjadi persis setelah penetasan. Setelah itu, insekta mengalami tahap nimpha. Pada metamorfosis hemimetabola, sayap rudimen, organ genitalia, dan struktur ciri-ciri perkembangan lainnya sudah terbentuk tapi belum sempurna. Namun, organ-organ ini tumbuh dengan sempurna pada akhir molting. Contohnya dapat ditemui pada belalang dan kutu busuk.
3. Holometabola, yaitu metamorfosis yang dimulai dengan tahapn larva setelah penetasan. Larva yang mengalami molting akan tumbuh dan berukuran besar. Tahapan diantara larva yang mengalami molting dinamakan instar. Setelah tahap instar tahapan yang terakhir terbentuk pupa. Selama pembentukan pupa, terjadi proses pembentukan struktur hewan dewasa.
Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/ sari kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran burung, dan tanah basah.
Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan tetapi umumnya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenis-jenis tumbuhan yang tertentu saja. Sehingga kehadiran suatu jenis kupu-kupu di suatu tempat, juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang menjadi inang dari ulatnya.

Hormon yang berpengaruh pada metamorfosis kupu - kupu
Molting dan metamorfosis dikontrol oleh beberapa hormon efektor diantaranya yaitu:
a) Juvennile hormon, disekresikan oleh corpora allata. Sel sekretori corpora allataaktif selama larva molting. Selama hormon juvennil terbentuk hidroksi ekdison menstimulasi molting dan menghasilkan larva instar yang baru.hormon juvennil juga berungsi untuk mencegah perubahan induksi ekdison pada ekspresi gen yang penting saat terjadi metamorfosis
b) 20-hidroxyecdysone, berfungsi untuk menginisiasi dan mengkordinir atau mengatur tiap tahapan molting dan meregulasi perubahan ekspresi gen yang terjadi selama metamorfosis melalui proses ekdisis.
c) Prothoracicotropic (PTIH), proses molting diinisiasi di otak, dimana sel neurosekretori menghasilkan hormon Prothoracicotropic (PTIH) yang merespon neural, hormonal, atau sinyal lingkungan. PTIH adalah hormon peptida yang menstimulasi ekdison dari kelenjar prothoracic.

Metamorfosis Lebah
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hymenoptera

Famili: Apidae

Bangsa: Apini
Genus: Apis
Linnaeus, 1758

Spesies
Apis andreniformis
Apis cerana, atau lebah madu timur
Apis dorsata, atau lebah madu raksasa
Apis florea, atau lebah madu kerdil
Apis koschevnikovi, atau lebah asal Kalimantan
Apis mellifera, atau lebah madu barat
Apis nigrocincta, atau lebah madu asli Sulawesi

Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena suka hidup berkelompokm meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua lebah masuk dalam suku/familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika.
Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari malam yang terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari.
Serangga betina memiliki peran penting dalam kelompok serangga ini. Perilaku dari lebah sangat ditentukan oleh perilaku dari lebah betina. Beberapa lebah betina dari spesies tertentu hidup sendiri (soliter) dan sebagian lainnya dikenal memiliki perilaku sosial. Lebah soliter membangun sendiri sarangnya dan mencari makan untuk keturunnya tanpa bantuan lebah lain dan biasanya mati atau meninggalkan sarang pada saat keturunnya belum menjadi lebah dewasa. Kadang kala beberapa spesies lebah soliter memberi makan dan merawat anaknya tanpa memberikan cadangan makanan bagi anaknya, bentuk hubungan seperti ini dikenal dengan istilah subsosial. Sementara pada tahap lebih tinggi, lebah hidup berkelompok dan saling berbagi tugas sesuai dengan bentuk fisik masing-masing.
Setiap kasta lebah mempunyai tugas masing-masing. Lebah ratu hanya satu ekor dalam setiap koloni dan mengawal semua kegiatan lebah betina dan lebah jantan. Komposisi kromosomnya diploid sehingga dapat menghasilkan keturunan. Badannya lebih besar karena sejak masih dalam bentuk larva ia diberi makan royal jelly yang kaya akan khasiat. Tugas utamanya ialah kawin dan bertelur. Lebah ratu yang aktif mampu bertelur kira-kira 2.000 butir sehari. Harapan hidup lebah ratu ialah tiga tahun.
Lebah betina atau lebah pekerja mengumpulkan serbuk sari dan nektar. Madu merupakan produk hasil pengolahan makanan ini dalam tubuhnya dan disimpan dalam sarang lebah untuk makanan, termasuk untuk larva dan pupa. Ada juga lebah betina yang bertugas membersihkan sarang dan menjaga anak-anak lebah. Harapan hidup lebah pekerja ialah tiga bulan atau lebih sedikit. Lebah betina terbentuk tanpa melalui perkawinan ("partenogenesis") dan mandul (steril) karena hanya memiliki satu set kromosom (haploid). Lebah menjalani metamorfosis lengkap ("holometabola") sehingga terdapat empat tahap bentuk kehidupan:
1. telur;
2. larva;
3. pupa (kepompong);
4. imago (lebah dewasa).
Telur yang menetas akan menjadi larva. Pada tahapan ini, lebah pekerja akan memberi larva makanan berupa serbuk sari, nektar, serta madu. Sebagian nektar yang dikumpul oleh lebah pekerja disimpan sebagai madu. Setelah beberapa hari, larva berganti menjadi pupa dan seterusnya menjadi anak lebah.



















IV. KESIMPULAN


Dari praktikum dan pembahasan pada praktikum ini maka, dapat disimpulkan bahwa:
1. Yang termasuk kedalam metamorfosis sempurna pada praktikum adalah ordo coleoptera, lepidoptera, dan hymenoptera.
2. Daur hidup pada metamorfosis sempurna secara umum adalah telur larva pupa imago












DAFTAR PUSTAKA

Agus widada dan S Enceng. Kumpulan Informasi Hama Tanaman.Pustaka Widada Agus. Bogor.2003.
Agus Widada dan S Enceng. Hama Tanaman, Masalah dan Solusinya.Kanisius. Yogyakarta. 2007
http://www.gudangmateri.com/2010/07/metamorfosis-dan-metagenesis-hewan.html, diakses pada 25 Februari 2011.
http://www.gudangmateri.com/2010/07/metamorfosis-dan-metagenesis-hewan.html, diakses pada 25 Februari 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Lebah_madu, diakses 25 Februari 2011
http://pandyblogspot.blogspot.com/2011/02/kumbang-badak-jepang.html, diakses pada 25 Februar 2011.
H. van Mastrigt dan E. Rosariyanto. 2005. Buku Panduan Lapangan Kupu-kupu untuk Wilayah Mamberamo sampai Pegunungan Cyclops.
T. Whitten, R.E. Soeriaatmadja, S.A. Affiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Hlm. 258-265.









LAMPIRAN

METAMORFOSIS PHEUROMETABOLA

METAMORFOSIS PHEUROMETABOLA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)


Oleh :
Siti Nuraini
0814023115




JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011




I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.

Beberapa serangga, amfibi, mollusca, crustacea, echinodermata, dan tunicata mengalami proses metamorfosis, yang biasanya (tapi tidak selalu) disertai perubahan habitat atau kelakuan.
Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas, melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel. Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek = meta (diantara, sekitar, setelah), morphe` ( bentuk), osis (bagian dari), jadi metamorphosis merupakan perubahan bentuk selama perkembangan post-embrionik. Hewan yang mengalami metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah katak, kupu-kupu dan serangga.

Metamorfosis ini tediri atas beberapa jenis yaitu;
1. Metamorfosis tidak sempurna
2. Metamorfosis sempurna
3. Tanpa metamorfosis
4. Metamorfosis bertahap
Selanjutnya pada laporan ini akan lebih menjelaskan tentang metamorfosis pada serangga khususnya untuk metamorfosis tidak sempurna.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adaah:
1. Mengetahui tentang metamorfosis
2. Mengetahui serangga dalam praktikum termasuk kedalam hama apa saja, untuk sebagian besarnya.











II. METODOLOGI

A. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Alat :
1. Luv
2. Cawan sedang
3. Pinset
4. Pena /Pensil
5. Kertas gambar
Bahan :
1. Capung
2. Kepik hijau
3. Kecoa
4. Belalang sembah
5. Walang sangit
6. Belalang pedang
7. Anjing tanah
8. Kepinding tanah
9. Jangkrik
10. Tonggeret
11. Helopeltis
B. Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum kali ini adalah:
1. Siapkan alat dan bahan yaitu; jenis-jenis serangga, cawan sedang, luv dan pinset sedang
2. Siapakan alat tulis dan gambar
3. Setelah semuanya disiapkan maka amati seluruh bagian tubuh belalang
4. Gambar bagian yg telah diamati satu per satu guna memdudahkan praktikan menggambar bagian tubuh belalang
5. Gambar bagian tubuh tampak samping.
6. Setelah selesai menggambar beri tanda panah pada setiap bagian yang telah digambar guna memudahkan praktikan dalam mengetahui nama-nama bagian tubuh belalang tersebut.










III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Anjing tanah
Neocurtilla hexadactyla
Kecoa

Belalang sembah
Tonggeret



Walang sangit

Kepik hijau


Capung


Heloptis



Belelang pedang


B. Pembahasan
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam").
Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).
Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan. Ordo Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen. Ada beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan penghisap cairan.
Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya. Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan. Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang.
Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu. Ordo Diplura memiliki mata majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan humus. Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk.. Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan.
Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya. Habitatnya adalah di lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah. Beberapa dari jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi tanaman
Metamorfosis pada Serangga
Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya.
suntingMorfologi Serangga
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).
Peran serangga
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll.
Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva atau nimfa, kadang-kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai spesies dewasa. Ada dua macam metamorfosis utama pada serangga, hemimetabolisme dan holometabolisme.


Metamorfosis tidak sempurna pada belalang
Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut larva. Tapi pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies serangga, hanya fase pertama yang disebut larva dan kadang-kadang memiliki nama yang berbeda.
Pada hemimetabolisme, perkembangan larva berlangsung pada fase pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Hemimetabolisme juga dikenal dengan metamorfosis tidak sempurna.
Pada holometabolisme, larva sangat berbeda dengan dewasanya. Serangga yang melakukan holometabolisme melalui fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan akhirnya menjadi dewasa. Holometabolisme juga dikenal dengan metamorfosis sempurna. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis.
Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak sempurna.





• Kecoa
Kecoa atau coro adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri dari 3.500 spesies dalam 6 familia. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi, kecuali di wilayah kutub.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Upakelas: Pterygota

Infrakelas: Neoptera

Superordo: Dictyoptera

Ordo: Blattodea

Di antara spesies yang paling terkenal adalah kecoa Amerika, Periplaneta americana, yang memiliki panjang 3 cm, kecoa Jerman, Blattella germanica, dengan panjang ±1½ cm, dan kecoa Asia, Blattella asahinai, dengan panjang juga sekitar 1½ cm. Kecoa sering dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun hanya sedikit dari ribuan spesies kecoa yang termasuk dalam kategori ini.
Kecoa, termasuk kecoa Asia adalah hama rumahan yang oleh masyarakat dinilai tidak berguna bahkan menjijikkan. Tetapi hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan kecoa Asia (Blattella asahinai) bisa bermanfaat bagi petani kapas untuk digunakan sebagai pengendali biologis terhadap hama perusak.
Petunjuk tersebut merupakan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert S. Pfannenstiel, pakar entomologi pada unit Lembaga Penelitian Pertanian (ARS) Departemen Pertanian Amerika Serikat di Weslaco, Texas. Peneliti tersebut mulai menyadari munculnya pemangsa baru telur-telur serangga Lepidoptera di kebun-kebun kedelai di sekitar Weslaco pada tahun 2006.
Kecoa Asia diketahui telah masuk ke Amerika Serikat tahun 1986 ketika pertama kali ditemukan keberadaannya di Florida. Sejak itu, kecoa Asia menyebar ke berbagai daerah negeri itu termasuk Texas dan daerah perbatasann dengan Meksiko. Selama belasan tahun pertama kehadirannya di Amerika Serikat, kecoa Asia dipandang sebagai hama rumahan yang mengganggu.
Perhatian tentang kemanfaatan kecoa sebagai pengendali biologis terhadap hama serangga mulai berkembang setelah penemuan Pfannenstiel bahwa populasi tinggi kecoa di kebun-kebun kedelai sekitar Weslaco sama sekali tidak menimbulkan kerugian pada tanaman kapas.
Kecoa Asia termasuk hewan nokturnal, yakni aktif pada malam hari. Kegiatan memangsa telur-telur hama serangga lepidoptera berlangsung pada waktu malam. Pada waktu siang, kecoa bersembunyi di sampah dedaunan. Kecoa Asia adalah kerabat dekat kecoa Jerman B. germanica, yang juga hama rumahan penting. Bekerjasama dengan pakar serangga Coby Schal dari Universitas Negara South Carolina, telah dilakukan pula pemetaan penyebaran kecoa Asia di Amerika Serikat.
Potensi kecoa Asia sebagai pemangsa hama yang efektif serangga di kebun kapas sudah diketahui, tetapi penggunaannya di lapang masih menimbulkan dilema. Masalahnya, kecoa Asia yang juga hama rumahan memiliki kemampuan terbang yang kuat sehingga dari kebun bisa memasuki rumah dan tempat tingga di sekitarnya. Untuk mengatasi masalah ini, para ilmuwan ARS sedang melakukan penelitian lebih lanjut.

• Anjing Tanah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Orthoptera

Upaordo: Ensifera

Superfamili: Grylloidea

Famili: Gryllotalpidae
Saussure, 1870

Anjing tanah dikenal sebagai serangga berukuran sedang, berwarna coklat terang hingga gelap, memiliki kulit pelindung yang tebal yang hidup di dalam tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah dan berenang. Orang Jawa menyebutnya orong-orong, di tanah Sunda disebut gaang, sementara dalam bahasa Toba disebut singke. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mole cricket, atau "jangkrik tikus mondok". Semua anggotanya termasuk dalam keluarga Gryllotalpidae.
Serangga yang kadang-kadang ditemukan berlari cepat di sudut pekarangan ini dapat pula terbang hingga sejauh 8km dalam musim kawin. Hewan muda memiliki sayap yang pendek. Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi. Pada musim kawin hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun dengan suara yang jauh berbeda.
Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat mengganggu pendengaran. Bila lubang persembunyiannya didekati, ia akan berhenti bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.
Anjing tanah memakan segala, meskipun pada dasarnya ia adalah karnivora. Menunya adalah larva-larva serangga lain atau cacing. Bila kekurangan makanan ia akan memakan akar dan rumput-rumputan. Akibat tindakan yang terakhir ini anjing tanah kadang-kadang digolongkan sebagai hama tanaman. Pemangsanya bermacam-macam, mulai dari burung, ayam, tikus, segung, hingga rubah.
Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makan. Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan, serta lapangan rumput. Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.
Perannya dalam kehidupan manusia tidak terlalu penting. Hewan ini kadang-kadang digolongkan sebagai hama karena perilakunya merusak perakaran atau juga memakannya. Di Asia Timur hewan ini kadang-kadang digoreng dan disantap. Pemelihara burung juga menjadikan orong-orong sebagai bagian pakan hidup. Sekresi yang dihasilkan orong-orong di Cina menjadi bahan pengobatan, dan sekarang mulai diteliti khasiatnya secara farmasi.
Anjing tanah di beberapa tempat berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama juga mengganggu kehidupannya.

• Belalang sembah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Mantodea

Belalang sentadu atau belalang sembah adalah serangga yangn termasuk ke dalam ordo Mantodea. Dalam bahasa Inggris, serangga ini biasa disebut praying mantis karena sikapnya yang seringkali kelihatan seperti sedang berdoa. Kata mantis berasal dari bahasa Yunani "Mantes" yang berarti "nabi" atau "peramal nasib". Banyak sebutan dalam bahasa lokal, seperti congcorang (bahasa Sunda/bahasa Betawi), walang kadung/kèkèk (bahasa Jawa), dan mentadak (bahasa Melayu).
Seekor belalang sentadu betina yang hamil akan menghasilkan massa busa yang besar, yang disebut ootheca (jamak:oothecae). Ootheca ini dapat memuat hingga 300 butir telur, yang semuanya dilindungi dalam kantung busa. Oothecae ini dihasilkan pada musim gugur —dan sesudah itu belalang sentadu dewasa mati— dan menetas dalam waktu hingga lima bulan. Sebagian spesies menetas dalam interval kecil, dan proses penetasan dapat berlangsung hingga lima minggu ketika sebelum larva muncul sepenuhnya.
Belalang betina yang bunting tidak hanya memproduksi oothecae, tetapi juga oothecae yang tidak subur oleh belalang betina yang belum dikawini. Kadang-kadang satu atau dua larva menetas, tetapi hal ini jarang sekali terjadi.
Beberapa spesies, seperti misalnya Brunneria borealis, menghasilkan oothecae melalui partenogenesis.
Dalam keadaan ini, belalang jantan tidak dibutuhkan untuk menghasilkan ootheca yang subur; namun, semua belalang yang dihasilkan dari proses ini adalah betina.
• Tonggoret
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Serangga

Ordo: Hemiptera

Upaordo: Auchenorrhyncha

Infraordo: Cicadomorpha

Superfamili: Cicadoidea
Famili: Cicadidae
Westwood, 1840

Tonggeret adalah sebutan untuk segala jenis serangga dari ordo Hemiptera, subordo Cicadomorpha. Serangga ini mempunyai mata yang kecil dan terpisah jauh di kepalanya dan biasanya juga memiliki sayap yang tembus pandang.
Tonggeret hidup di daerah beriklim sedang hingga tropis dan sangat mudah dikenali di antara serangga lainnya, terutama karena tubuhnya yang besar dan bakat akustiknya yang luar biasa (dan seringkali sangat mudah dikenali).
Di Indonesia, suara tonggeret yang nyaring akan muncul di akhir musim penghujan, saat serangga ini mencapai tahap dewasa, keluar dari bawah permukaan tanah untuk melakukan ritual musim kawin.
Seusai kawin, betina meletakkan telur di tanah, serangga ini mati. Tonggeret kadang-kadang dikira belalang atau lalat besar, meskipun mereka tidak mempunyai pertalian keluarga yang dekat. Tonggeret mempunyai hubungan dekat secara taksonomi dengan wereng dan spittlebugs.
• Walang sangit
Walang sangit ((Leptocorisa oratorius Fabricius, (Hemiptera:Alydidae); syn. Leptocorisa acuta) adalah serangga yang menjadi hama penting pada tanaman budidaya, terutama padi. Hewan ini mudah dikenali dari bentuknya yang memanjang, berukuran sekitar 2cm, berwarna merah dan hitam. Walang sangit adalah anggota ordo Hemiptera.
Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah.
Nama hewan ini menunjukkan bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga dinamakan "sangit").



• Kepik Hijau
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hemiptera
Linnaeus, 1758

Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies. Serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis sempurna.
Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalam Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap serangga anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh.
Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk jaringan dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya. Hemiptera sendiri adalah omnivora yang berarti mereka mengkonsumsi hampir segala jenis makanan mulai dari cairan tumbuhan, biji-bijian, serangga lain, hingga hewan-hewan kecil seperti ikan.
Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong.

Serangga anggota Hemiptera perlu melakukan perkawinan agar betinanya bisa membuahi telurnya dan berkembang biak, namun kutu daun atau afid yang juga merupakan anggota Hemiptera bisa melakukan partenogenesis (melahirkan tanpa kawin) sehingga mereka tetap bisa berkembang biak tanpa harus kawin lebih dulu.
• Capung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Odonata

Upaordo: Epiprocta

Infraordo: Anisoptera
Selys, 1854

Capung atau sibar-sibar dan capung jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn).
Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping.
Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya.
Capung dewasa tidak pernah dianggap sebagai pengganggu atau hama. Capung bahkan membantu petani di sawah karena memburu beberapa macam serangga yang biasa menjadi hama tanaman, seperti ngengat dan walang sangit. Anak-anak di desa sering menangkapi capung untuk pakan burung, atau untuk bermain-main dengannya.




• Kepinding tanah (Scotinophora coarctata / kutu busuk )
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Hemiptera

Upaordo: Heteroptera

Infraordo: Cimicomorpha

Superfamili: Cimicoidea

Famili: Cimicidae
Latreille, 1802

Kutu busuk atau bangsat atau kepinding adalah serangga parasit dari keluarga Cimicidae. Kalau kita menyebut kutu busuk, biasanya yang kita maksud adalah spesies yang meminum darah manusia dan hewn berdarah panas lainnya.
Kutu busuk senang tinggal di rumah manusia, khususnya pada tempat tidur. Kutu busuk bisa menggigit korbannya tanpa ketahuan. Serangga parasit ini bisa menimbulkan penyakit ruam-ruam, efek psikologis, dan gejala alergi.
Imago/Serangga Dewasa
a. Warna coklat kehitaman dan bila terganggu berbau khas menyengat
b. Lama bertelur 12-17 hari setelah kawin.
c. Umur imago 4-7 bulan hal ini disebabkan oleh umur inang, makin tua tanaman serangga makin berkembang dengan baik
Telur
a. Bentuk telur lonjong, berwarna merah jambu kehijau-hijauan
b. Letak telur berkelompok pada pangkat rumpun padi
c. Stadium telur 4-7 hari.
Nimfa
a. Warna nimfa coklat kekuningan.
b. Tidak bersayap.
c. Stadium nimfa 20-30 hari.
Dinamika populasi
a. Serangga dewasa mampu hidup dan berkembangbiak selama 2 musim.
b. Waktu musim kemarau serangga dewasa dapat bertahan pada
bongkahan tanah yang berumput.
c. Pada saat cuaca baik dewasa terbang ke pertanaman dalam jumlah besar
(lebih menyukai keadaan basah dan lembab)
d. Serangga dewasa menyukai intensitas cahaya yang tinggi dan mudah
ditangkap pada saat bulan purnama.
e. Tanaman inang : Panicum, jagung Sceleria, Scirphus dan padi liar.
f. Kepinding tanah menyerang pada bagian batang padi.

Pengelolaan
a. Pembajakan tanah segera setelah panen untuk mematikan telur, nimfa dan dewasa yang tinggal pada pangkal padi.
b. Pengeringan lahan sawah untuk menghambat perkembangan.
c. Sanitasi lahan dan lingkungan dari tumbuhan inang rerumputan

Musuh alami
a. Parasitoid telur : Scelionid
b. Predator telur ; Katak dan kadal
c. Predator telur,nimfa dan dewasa adalah kumbang Carabidae

• Jangkrik
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Orthoptera

Upaordo: Ensifera

Superfamili: Grylloidea

Famili: Gryllidae
Bolívar, 1878

Cengkerik atau jangkrik (Gryllidae) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh cengkerik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya.
Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies cengkerik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.
Cengkerik telah dipelihara manusia sejak lama, dan di Asia dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Laga cengkerik adalah sejenis permainan yang populer dan kerap kali melibatkan taruhan. Di Caraguatatuba, Brazil, cengkerik hitam di dalam ruangan dipercaya sebagai tanda datangnya penyakit, cengkerik hijau harapan, dan cengkerik kelabu uang. Dalam komedi, suara cengkerik biasanya digunakan untuk menandakan lawakan yang tidak lucu dan tidak membuat orang tertawa.
• Helopeltis
Hama helopeltis Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama helopeltis juga dapat dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.
Merupakan hama utama pada tanaman perkebunan sehingga keberadaannnya dilapang perlu mendapatkan perhatian yang serius. Siklus hidup nya lebih kurang 24 hari, dan selama hidupnya lima kali mengalami pergantian kulit. Hama ini menimbulkan kesurasakan dengan cara menusuk dan menghisap cairan buah dan menghisap tunas-tunas muda.
Pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, pengendalian secara hayati, dan pengendalian secara kimiawi.
Pengendalian secara mekaniak yaitu menangkap dan menyelubungi buah dengan kantong plastik. Pengendalian secara kultur teknis yaitu, pemupukan secara teratur dan tepat, perlindungan pohon, pemilihan klon unggul dan pemangkasan.





IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan diperoleh keimpulan sebagai berikut:
1. Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.
2. Jenis serangga yang ada dalam praktikum sebagian besar termasuk kedalam tanaman.













DAFTAR PUSTAKA

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3222033.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Belalang_sentadu
http://id.wikipedia.org/wiki/Belalang
http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Serangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Kecoa
http://id.wikipedia.org/wiki/Capung
http://rohadi.wordpress.com/harun-yahya/keajaiban-rancangan-pada-kemampuan-terbang-serangga/perubahan-bentuk-metamorfosis-capung/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepik
http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkerik
http://id.wikipedia.org/wiki/Anjing_tanah
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.sith.itb.ac.id%2Fpublikasi-ia%2FBed-bug-or-kutu-busuk-Cimex.pdf&rct=j&q=kutu%20busuk&ei=dm1kTYW6CM_trQeq3vWlAg&usg=AFQjCNF05GFso4gzGIfMs8tIJ2Y7fPGPUQ&cad=rja
http://hsidhi.wordpress.com/2007/11/21/kutu-busuk-bangsat/
http://omadun.blogspot.com/2009/02/kepinding-tanah-scotinophora-coarctata.html